expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sunday 1 March 2015

Beastly Boys and Ghastly Girls by William Cole

Beastly Boys and Ghastly Girls by William Cole

Judul: Beastly Boys and Ghastly Girls
Pengarang: William Cole (Collector)
Ilustrasi: Tomi Ungerer
Jenis: Kumpulan Puisi Anak, Hardcover
ISBN: 64-20962 (Library of Congress Catalog Card Number)
Penerbit: The World Publishing Company (Times Mirror, New York)
Tahun Terbit: 1964
Jumlah Halaman: 125++


Ini buku bekas perpustakaan!

Lebih tepatnya, berasal dari Joint Embassy School Library. Di bagian belakang buku juga ada sisa-sisa tempat biasanya data peminjam diletakkan, huehehe~

Buku ini saya beli di stand Lawang Buku pada momen Pesta Buku Bandung di awal bulan Februari 2015 lalu dan saya jatuh cinta sejak pertama kali melihat ilustrasi di cover depan. Menurut Kang Deni, juragannya Lawang Buku, buku ini merupakan buku titipan alias ada yang menitip untuk dijual melalui Lawang Buku.

***

Beastly Boys and Ghastly Girls merupakan buku kumpulan puisi, di mana puisi-puisi yang bisa kita baca di dalamnya dikumpulkan oleh William Cole dan diberikan ilustrasi oleh Tomi Ungerer. Tampilan buku ini terlihat sederhana, ilustrasi berwarna hanya ada di cover depan dan selebihnya hitam-putih. Ilustrasi-ilustrasinya tidak diperuntukkan untuk setiap puisi, hanya untuk sebagian puisi serta ilustrasi umum di pengantar setiap segmen, dan saya sangat menyukai ilustrasinya yang terkesan sederhana. Ilustrasi di buku ini mengingatkan saya pada ilustrasi-ilustrasi yang sering dibuat oleh seorang teman, dulu, yang memang pintar membuat ilustrasi atau gambar-gambar sederhana seperti yang ada di buku ini.

Buku Beastly Boys and Ghastly Girls terlihat tipis, hanya sekitar 125 halaman, tetapi isinya menurut saya sangat padat. Rasanya memuaskan bisa membaca puisi-puisi sederhana bertema anak-anak yang dibuat oleh banyak sekali penulis dunia. Ada beberapa yang penulisnya tidak diketahui atau anonymous, dan beberapa lainnya ditulis oleh orang-orang yang namanya kemungkinan besar tidak lagi asing bagi kita di Indonesia. Ada puisi karya A. A. Milne -- kalau kalian pencinta kisah Winnie the Pooh, seharusnya sangat familiar dengan nama ini. Ada juga puisi karya Heinrich Hoffmann -- eits! Jangan tertukar dengan nama fotografer yang terkenal dengan foto-foto Hittler itu, ya. Heinrich Hoffmann yang beberapa puisinya ada di buku ini merupakan penulis buku anak dan juga Psikiater. Ada pula puisi karya Lewis Caroll -- penulis yang banyak dikenal sebagai pencipta kisah Petualangan Alice di Negeri Ajaib. Dan yang saya tidak duga, ada pula puisi karya Robert Louis Stevenson, penulis buku-buku yang beberapa di antaranya masuk ke dalam daftar 1001 Books You Must Read Before You Die. Jika bukan karena membaca puisinya di dalam buku Beastly Boys and Ghastly Girls, saya tidak pernah mengetahui bahwa Stevenson juga membuat puisi anak. Saya pikir, Stevenson fokus pada karya-karya sastra dengan segmentasi dewasa saja; seperti yang saya lihat ketika membaca Kidnapped, Treasure Island, atau The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde. Nama-nama yang baru saja disebutkan hanya empat nama dari puluhan nama penulis yang karya-karyanya bisa kita baca di sini. Selain dari karya penulis-penulis dunia, puisi-puisi yang dimasukkan juga ada yang berasal dari lagu anak-anak Inggris.

***

Ada sekitar 68 puisi anak yang terdapat di dalam buku Beastly Boys and Ghastly Girls, yang dibagi ke dalam enam segmen. Ada beberapa penulis yang karyanya tidak hanya dimasukkan sebanyak satu puisi saja. Beberapa judul segmen dan ilustrasinya ada yang terkesan mengandung unsur kekerasan. Beberapa puisi juga tidak terlalu "aman", dalam arti ada puisi-puisi yang mengandung kekerasan meskipun beberapa masih khas kekerasan yang normal terjadi pada anak, misalnya ketika mereka bertengkar dengan anak lainnya. Selain itu, ada puisi-puisi yang lebih ditujukan kepada orang dewasa (terutama orang tua) dalam konteks hubungan antara orang tua dan anak. Sebaiknya tetap mendampingi anak-anak di bawah umur yang membaca buku Beastly Boys and Ghastly Girls jika tidak merasa aman membiarkan anak membaca dan melihat sendiri, serta khawatir jika anak akan menelan mentah-mentah konsep judul, puisi, maupun ilustrasi penyertanya. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di dalam daftar berikut ini.

(p. 14)

Put Some Mustard in Your Shoe
  1. Bringing Him Up - Lord Dunsay
  2. Nothing To Do? - Shelley Silverstein
  3. The Boy Who Laughed at Santa Claus - Ogden Nash
  4. Oh, No! - Mary Mapes Dodge
  5. The Opportune Overthrow of Humpty Dumpty - Guy Wetmore Carryl
  6. Psychological Prediction - Virginia Brasier
  7. Two People - E. V. Rieu
  8. Johnny Went to Church One Day - Folk Rhyme
  9. Inhuman Henry or Cruelty to Fabulous Animals - A. E. Housman
  10. My Brother Bert - Ted Hughes
  11. Two Limericks - Anonymous
  12. Think of Eight Numbers - Shelley Silverstein

(p. 31)

Wriggling, Giggling, Noise, and Tattling
  1. Polly, Dolly, Kate, and Molly - Anonymous
  2. Jittery Jim - William Jay Smith
  3. Dan Dunder - John Ciardi
  4. Polly Picklenose - Leroy F. Jackson
  5. Tardiness - Gelett Burgess
  6. Elsie Marley - English Nursery Rhyme
  7. The Sad Story of a Little Boy That Cried - Anonymous
  8. The Good Little Girl - A. A. Milne
  9. Lazy Lou - Mary Mapes Dodge
  10. Felicia Ropps - Gelett Burges
  11. Children When They're Very Sweet - John Ciardi

(p. 43)

They Spill Their Broth on the Tablecloth
  1. Table Manners - Gelett Burgess
  2. Little Thomas - F. Gwynne Evans
  3. Henry King - Hilaire Belloc
  4. The Story of Augustus - Heinrich Hoffmann
  5. Baby Toodles - Joseph S. Newman'
  6. The Visitor - Katherine Pyle
  7. Jane, Do Be Careful - Irene Page
  8. Slovenly Peter - Heinrich Hoffmann
  9. Jelly Jake and Butter Bill - Leroy F. Jackson
  10. The Sweet Tooth - Katherine Pyle
  11. Rice Pudding - A. A. Milne

(p. 63)

The Naughtiest Children I Know
  1. Extremely Naughty Children - Elizabeth Godley
  2. Jemima - Henry Wadsworth Longfellow (First Stanza)
  3. Jim - Hilaire Belloc
  4. Sarah Cynthia Sylvia Stout - Shelley Silverstein
  5. What the Lord High Chamberlain Said - Virginia Woodward Cloud
  6. Marie Jane - Alfred Scott-Gatty
  7. The Story of Johnny Head-in-Air - Heinrich Hoffmann
  8. An Alphabet of Famous Goops - Gelett Burgess
  9. The Contrary Boy - Gaston V. Drake
  10. Taffy - Anonymous
  11. Matilda - F. Gwynne Evans

(p. 87)

Never Stew Your Sister
  1. Brother and Sister - Lewis Caroll
  2. A Children's Don't - Harry Graham
  3. Wilhelmina Mergenthaler - Harry P. Taber
  4. Science for the Young - Wallace Irwin
  5. Sister Nell - Anonymous
  6. Young Sammy Watkins - Anonymous
  7. Careless Willie - Anonymous
  8. Three Bad Ones - English Nursery Rhyme
  9. Our Polite Parents - Carolyn Wells
  10. Good and Bad Children - Robert Louis Stevenson
  11. The Stern Parent - Harry Graham
  12. Willie - Max Adeler
  13. Run, Kitty, Run! - Jimmy Garthwaite

(p. 103)

And Beat Him When He Sneezes
  1. The Dutchess' Lullaby - Lewis Caroll
  2. Dirge for a Bad Boy - E. V. Rieu
  3. Self-Sacrifice - Harry Graham
  4. The Cruel Naughty Boy - Anonymous
  5. Thief - Anonymous
  6. Piano Practice - Ian Serraillier
  7. Godfrey Gordon Gustavus Gore - William Brighty Rands
  8. Little Orphant Annie - James Whitcomb Riley
  9. Belsnickel - Arthur Guiterman
  10. Adolfphus Elfinstone - Gelett Burgess


Sulit sekali untuk menentukan puisi terfavorit dari 68 puisi tersebut karena menurut saya setiap puisi memiliki makna tersendiri dan setiap penulis juga memiliki gaya mereka tersendiri. Saya juga cukup kesulitan untuk menentukan puisi mana saja yang akan saya masukkan ke dalam review ini sebagai contoh isi buku. Berhubung di atas tadi saya sudah menyebutkan empat nama, terutama karena nama-nama tersebut yang sangat familiar, maka saya memutuskan untuk memasukkan puisi karya A. A. Milne, Heinrich Hoffmann, Lewis Caroll, dan Robert Louis Stevenson saja.

***

A. A. MILNE

The Good Little Girl
(p. 37-38)

It's funny how often they say to me, "Jane?"
"Have you been a good girl?"
"Have you been a good girl?"
And when they have said it, they said it again,
"Have you been a good girl?"
"Have you been a good girl?"

I go to a party, I go out to tea,
I go to an aunt for a week at the sea,
I come back from school of from playing a game;
Wherever I come from, it's always the same:
"Well?"
"Have you been a good girl, Jane?"

It's always the end of the loveliest day"
"Have you been a good girl?"
"Have you been a good girl?"
I went to the Zoo, and they waited to say:
"Have you been a good girl?"
"Have you been a good girl?"

Well, what do they think that I went there to do?
And why should I want to be bad at the Zoo?
And should I be likely to say if I had?
So that's why it's funny of Mummy and Dad,
This asking and asking, in case I was bad.
 "Well?"
"Have you been a good girl, Jane?"
Ilustrasi The Good Little Girl (p. 38)

The Good Little Girl mengingatkan saya para peraturan-peraturan yang harus dialami oleh banyak sebagian anak-anak. Siapa di antara kalian yang tidak pernah mengalami masa-masa diberi ultimatum peraturan untuk bersikap baik di mana-mana sementara kalian tidak merasa bahwa kalian akan bersikap nakal? Saya hampir yakin, tidak ada yang tidak pernah mengalami hal seperti yang dialami oleh tokoh Jane di puisi ini. Iya, kan? 


Rice Pudding
(p. 61-62)

What is the matter with Mary Jane?
She's crying with all her might and main,
And she won't eat her dinner -- rice pudding again --
What is the matter with Mary Jane?

What is the matter with Mary Jane?
I've promised her dolls and a daisy-chain,
And a book about animals -- all in vain --
What is the matter with Mary Jane?

What is the matter with Mary Jane?
She's perfectly well, and she hasn't a pain,
But, look at her, now she's beginning again! --
What is the matter with Mary Jane?

What is the matter with Mary Jane?
I've promised her sweets and a ride in the train,
And I've begged her to stop for a bit and explain --
What is the matter with Mary Jane?

What is the matter with Mary Jane?
She's perfectly well and she hasn't a pain,
And it's lovely rice pudding for dinner again! --
What is the matter with Mary Jane?


Siapa yang memiliki anak atau adik, dan merasa bahwa anak atau adik kalian sulit sekali dimengerti keinginannya, sekaligus sulit diminta makan meskipun anak atau adik kalian sudah dijanjikan berbagai macam hal oleh kalian supaya berhenti menangis? Nah, Mary Jane adalah tokoh kita kali ini, yang sedang merajuk dan menangis heboh. Ia menolak makan puding beras sebagai makan malamnya dan terus saja menangis. Ia tidak terlihat sedang sakit atau terluka, tetapi masih saja terus menangis. Ia sudah dijanjikan beragam hal, sudah diminta untuk berhenti menangis, dan lainnya, tetapi masih saja menangis. Bingung, ya? Iya. Pasti bingung jika sedang menghadapi anak kecil seperti Mary Jane, hihi.

***

HEINRICH HOFFMANN

The Story of August
Who Would Not Have Any Soup
(p. 48-49)

Augustus was a chubby lad;
Fat, ruddy cheeks Augustus had;
And everybody saw with joy
The plump and hearty, healthy boy.
He ate and drank as he was told,
And never let his soup get cold.
But one day -- one cold winter's day,
He screamed out -- "Take the soup away!
Oh take the nasty soup away!
I won't have any soup to-day."

Next day begins his tale of woes;
Quite lank and lean Augustus grows.
Yet, though he feels so weak and ill,
The naughty fellow cries out still --
"Not any soup for me, I say:
Oh take the nasty soup away!
won't have any soup to-day."

The third day comes: Oh what a sin!
To make himself so pale and thin.
Yet, when the soup is put on table,
He screams, as loud as he is able,
"Not any soup for me, I say:
Oh take the nasty soup away!
won't have any soup to-day."

Look at him, now the fourth day's come!
He scarcely weighs a sugar-plum;
He's like a little bit of thread,
And on the fifth day, he was -- dead!


Hmm...
Ini seperti cerita-cerita yang sering digunakan oleh orang tua untuk menakuti anak-anaknya, dalam hal ini jika anak malas makan. Saya pribadi kurang suka dengan cara "menakuti", misalnya mengatakan anak akan diculik polisi jika tidak mau pulang ke rumah saat Maghrib tiba. Persis seperti pencerita yang mengisahkan tentang Augustus yang awalnya merupakan laki-laki yang senang makan dan terlihat sangat sehat, tiba-tiba malas memakan sup selama berhari-hari, hingga akhirnya Augustus meninggal. Ada kesan bahwa jika anak yang mendengar cerita Augustus dan dia malas makan, maka dia akan berakhir meninggal seperti Augustus. Begitu kesan dan bayangan yang saya alami ketika membaca puisi ini. 


Slovenly Peter
(p. 55)

Shock-headed Peter! There he stands,
With his horrid hair and hands.
See, his nails are never cut;
They are grimed as black as soot;
And, the sloven, I declare,
He has never combed his hair;
Anything to me is sweeter
Than to see Shock-headed Peter.

Ilustrasi Slovenly Peter (p. 55)

Well...
Lagi-lagi sejenis dengan cerita "menakut-nakuti" lainnya, hahaha. Saya membayangkan orang tua yang sedang menakuti anak-anaknya yang malas mandi, malas menggunting kuku, serta malas menyisir rambut dan mengatakan bahwa jika anak-anak masih bersikap seperti itu maka akan berakhir menakutkan seperti Peter.

***

LEWIS CAROLL

Brother and Sister
(p. 89-90)

"Sister, sister, go to bed!
Go and rest your weary head."
Thus the prudent brother said.

"Do you want a battered hide,
Or scratches to your face applied?"
Thus his sister calm replied.

"Sister, do not raise my wrath.
I'd make you into mutton broth
As easily as kill a moth!"

The sister raised her beaming eye
And looked on him indignantly
And sternly answered, "Only try!"

Off to the cook he quickly ran.
"Dear Cook, please lend a frying-fan
To me as quickly as you can."

"And wherefore should I lend it you?"
"The reason, Cook, is plain to view.
I wish to make an Irish stew."

"What meat is in that stew to go?"
"My sister'll be the contents!"
"Oh!"
"You'll lend the pan to me, Cook?"
"No!"

Moral: Never stew your sister.


Puisi ini sebenarnya secara tersirat menceritakan tentang pertengkaran antara kakak dan adiknya. Jenis pertengkaran yang umum terjadi pada hubungan saudara. Hanya saja, konten cerita memang terkesan spooky. Maksudnya, terlalu horor alias menakutkan jika benar terjadi pada pertengkaran anak. Bagaimana tidak mengerikan jika ada kakak mau merebus adiknya ketika mereka bertengkar? Bertengkar, ya, belum sampai berkelahi, yang mungkin dipicu oleh rasa kesal sesaat saja.


The Dutchess' Lullaby
(p. 105)

Speak roughly to your little boy,
And beat him when he sneezes:
He only does it to annoy,
Because he knows it teases.

Ngg...
Menurut interpretasi saya, ini mengandung unsur bercanda antara orang tua dan anaknya; di mana, terkadang anak akan menggoda orang tuanya hingga orang tua menjadi pura-pura marah. Jadi, tidak benar-benar "mengarahkan" orang tua untuk berbicara kasar dan bersikap kasar (memukul) terhadap anak.

***

ROBERT LOUIS STEVENSON

Good and Bad Children
(p. 98)

Children, you are very little,
And your bones are very brittle;
If you would grow great and stately,
You must try to walk sedately.

You must still be bright and quite,
And content with simple diet;
And remain, through all bewild'ring
Innocent and honest children.

Happy hearts and happy faces,
Happy play in grassy places --
That was how, in ancient ages,
Children grew to kings and sages.

But the unkind and the untruly,
And the sort who eat unduly,
They must never hope for glory --
Theirs is quite a different story!

Cruel children, crying babies,
All grow up as geese and gabies,
Hated, as their age increases,
By their nephews and their nieces.


Meskipun terkesan "kalem", menurut saya puisi di atas penuh "sindiran" dan (lagi-lagi) terkesan "menakuti", misalnya di bagian "kalau kamu cengeng, kamu akan dimusuhi oleh sepupu". Untuk personal preference, saya tidak sepakat dengan kata-kata atau kalimat seperti itu untuk diberikan ke anak-anak.

***

Jika mencermati gaya penulisan ke-empat penulis di atas, saya sangat terkesan dengan permainan kata dan rhyme puisi yang diberikan oleh semuanya. Menurut saya, tidak mudah membuat puisi seperti itu, meskipun saya membuatnya dalam bahasa sehari-hari saya -- bahasa Indonesia. Apalagi jika saya harus tetap mempertahankan unsur "sederhana" dan tetap "down to earth" karena ini puisi untuk anak-anak -- yang diasumsikan diperuntukkan untuk anak-anak usia sekolah dasar.

Saya melihat bahwa gaya A. A. Milne lebih terkesan seperti celotehan "anak-anak". Sementara tiga penulis lainnya, terkesan lebih dark. Puisi-puisi yang dibuat oleh Lewis Caroll, Heinrich Hoffmann, dan Robert Louis Stevenson juga lebih terkesan dibuat dari sudut pandang bukan anak-anak, bisa remaja atau dewasa.

Satu catatan saya terkait dengan puisi Lewis Caroll yang berjudul Brother and Sister, di mana saya merasa mafhum jika Lewis Caroll dianggap piawai dalam membuat puisi yang terkesan non sense karena menurut saya Brother and Sister lebih bersifat non sense juga. Lewis Caroll di dalam kisah Petualangan Alice juga mendapat catatan khusus terkait dengan non sense poem, terutama di dalam kisah Through the Looking-Glass and What Alice Found There. Silakan meng-klik link di judul barusan untuk mengetahui non sense poem yang saya maksud.


Overal 4/5



Have a blessed day!