expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sunday 1 February 2015

[Monthly Giveaways] #MGANia Februari 2015 : The Art of Love


Hola!

Bulan Februari telah tiba... Ini saatnya #MGANia kembali dijalankan. Howrey!!!

Jika merujuk pada judul yang saya berikan di atas -- The Art of Love -- mungkin banyak yang akan mengaitkannya dengan salah satu tulisan dari Erich Fromm, seorang tokoh yang namanya saja akan mengingatkan saya pada masa-masa kuliah S1 dan berkutat dengan segala teori dasar Psikologi, hahaha. 

Saya bukan akan membahas The Art of Love dan Erich Fromm (thankfully...?). Saya hanya ingin meminjam tulisan The Art of Love, seni dari cinta -- terkadang bukunya juga ditulis dengan judul The Art of Loving, seni mencintai. Karena... Biasanya Februari selalu diidentikkan dengan cinta. 

Bagi saya sendiri, Februari tahun 2015 ini termasuk berat. Seperti halnya kehidupan yang harus saya jalani sejak tahun 2010 lalu. Tetapi, saya tidak pernah kekurangan cinta, terutama cinta dari keluarga saya, cinta dari Ibu saya; satu-satu jenis cinta di dunia yang saya anggap tidak akan pernah lekang oleh waktu, serta satu-satunya jenis cinta di dunia yang tidak akan pernah cukup untuk saya balas meskipun menghabiskan seluruh hidup saya -- terutama di masa-masa seperti yang sedang saya hadapi saat ini, sejak beberapa hari yang lalu. Sebuah fase yang kembali mengharuskan saya memilih hal-hal yang sangat tidak ingin saya pilih, tetapi tetap harus saya pilih. Kalau menurut Ibu saya, seorang pejuang memang harus melalui fase-fase seperti ini supaya bisa tetap tangguh dan mampu berjuang. Sebuah fase, yang lagi-lagi secara indah dideskripsikan oleh Ibu saya, akan membuat saya semakin bisa memaknai arti dari sebuah kehidupan dan semakin siap dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan. Jarak yang membentang antara saya dan Ibu pun tidak mengurangi sepeser pun cinta Ibu kepada saya. Bahkan, sebelum saya secara khusus memberitahu Ibu tentang kondisi terkini yang harus saya pilih, Ibu ternyata sudah bermimpi bahwa saya menangis di dalam mimpi tersebut. Jenis mimpi yang tidak pernah Ibu alami terkait saya, dan kadangkala saya berseloroh kepada Ibu; menyatakan bahwa Ibu "tidak sepeka" ketika menghadapi entah vision entah firasat, apapun itu, jika terkait adik-adik saya. Jadi, Ibu saat itu merasa yakin bahwa saya sedang dalam kondisi yang "gawat" dan membutuhkan bantuan segera. Maka, ketika saya akhirnya menceritakan kondisi saya, Ibu terdengar begitu tenang dan menyerahkan seluruh keputusan kepada saya. Tidak ada keheranan, tidak ada rasa marah, tidak ada rasa sedih berlebihan. Ibu yakin, keputusan apapun yang saya ambil, memang keputusan terbaik yang harus saya ambil. Bahkan, kami berdua masih sempat bercanda dan menertawakan kondisi yang sebenarnya mengenaskan itu, hahaha. 

Seperti itulah salah satu wujud cinta Ibu kepada saya, cinta yang membuatnya bisa merasakan kepedihan yang sedang saya alami tanpa saya harus menceritakan secara detail dulu. Dukungan-dukungan seperti ini merupakan refleksi dari cinta tanpa batas dan tanpa syarat, yang tidak pernah habis dicurahkan oleh Ibu saya kepada saya. Jenis cinta yang membuat saya bisa tetap bertahan dalam keadaan apapun, dan dalam posisi terjepit sekalipun. Bahkan, ketika saya berada dalam kondisi tersulit, yang saking kusutnya menjadi begitu susah untuk diurai dan membuat saya seperti terjebak dalam sebuah labirin penuh dengan kotak pandora yang harus saya buka, bukan karena saya terjebak untuk membukanya melainkan karena saya harus membukanya demi menemukan segala jawaban yang saya cari. 

Nah, melalui #MGANia edisi bulan Februari 2015, saya mengajak kalian bercerita jenis cinta seperti apa yang pernah/sedang kalian pelajari. Saya yakin, kalian memiliki kisah kalian masing-masing.

Cinta sendiri sangat universal, ya. Jadi, kalian bebas mendeskripsikan cinta yang seperti apa yang ingin kalian ceritakan. Pengalaman-pengalamannya juga universal, bisa kalian dapatkan dari mana saja; baik dari mengalaminya langsung, mendapatkannya dari kisah di dalam buku/film, atau melihatnya dari yang sedang dialami oleh orang lain. Bisa juga kalian alami bersama teman, bersama pasangan, maupun bersama keluarga (seperti yang saya ceritakan tentang cinta yang diberikan Ibu saya kepada saya). Bahkan, kalian bisa juga mengalaminya ketika kalian sedang merasa sedih maupun senang. Yang jelas, pengalaman-pengalaman terkait cinta tersebut membuat kalian mempelajari banyak hal tentang cinta itu sendiri. Begitulah yang namanya seni dari cinta, menurut yang saya pahami dan mungkin juga sama dengan kalian alami.

Untuk mengetahui deskripsi lengkap di tantangan #MGANia kali ini, yuk disimak ketentuannya berikut ini.

***

#MGANia

Tema
The Art of Love
  1. Tuliskan pengalaman kalian dalam belajar mengenai konsep cinta maupun mencintai, bebas dari jenis cinta yang seperti apa, di kolom komentar. 
  2. Tidak ada batasan untuk jumlah kata. 
  3. Jika pelajaran yang kalian ambil terinspirasi dari buku atau film, tuliskan judul buku (beserta penulisnya) atau judul film tersebut.


Peraturan Umum
  1. Peserta adalah WNI yang tinggal di manapun di seluruh dunia, asalkan alamat pengiriman merupakan alamat di Indonesia.
  2. Peserta terbuka untuk semua kalangan serta segala jenis usia dan profesi.
  3. Lomba dimulai sejak tanggal 1 Februari dan berakhir tanggal 28 Februari 2015 pukul 23.59 WIB.
  4. Setiap peserta hanya diperbolehkan untuk berkomentar sebanyak satu kali. 

Peraturan Khusus
  1. Peserta WAJIB follow akun twitter saya @niafajriyani dan @iyasCoveRy.
  2. Peserta wajib mempublikasikan informasi mengenai #MGANia edisi Februari 2015 di akun sosial (twitter atau facebook). Lihat ketentuan posting di akun sosial.

Hadiah
Ada 2 buah buku terbitan terbaru dari Penerbit Qanita (salah satu lini dari Mizan Groups) yang disiapkan oleh saya dan Iyas (selaku salah satu sponsor). Buku-buku tersebut bisa kalian lihat pada banner di atas, yaitu:
  • 1 buah buku berjudul Pride and Prejudice karya Jane Austen untuk 1 orang pemenang, yang dipersembahkan oleh Iyas.
  • 1 buah buku berjudul Wuthering Heights karya Emily Bronte untuk 1 orang pemenang, yang dipersembahkan oleh saya.

Dua penulis tersebut, Jane Austen dan Emily Bronte (termasuk Bronte sisters lainnya, yaitu Anne dan Charlotte), merupakan penulis-penulis yang saya sangat sukai tulisannya. Mereka menuliskan cinta bukan sekadar tentang romansa, melainkan juga ada nilai kepedulian dan saling menghargai, serta bagaimana mereka merefleksikan cinta itu ke dalam kehidupan para tokoh-tokohnya. Walaupun untuk tulisan tiga bersaudara Bronte, tulisan mereka cenderung lebih dark

Sewaktu cover untuk cetakan terbaru dari dua karya klasik dunia ini mulai beredar, banyak sekali yang terlihat antusias (termasuk di antara para anggota Klub Buku Indonesia), terutama karena desain cover yang terlihat menarik. Menurut saya, kedua cover tersebut memang bagus, sih. Tetapi, saya sudah punya edisi Inggris untuk Pride and Prejudice dan buku edisi terjemahan dari penerbit lain sudah saya berikan kepada orang lain karena tidak suka dengan edisi terjemahan tersebut, serta sudah punya edisi terjemahan versi penerbit lain untuk Wuthering Heights dan masih berburu edisi Inggris yang versi jadul. Jadi, kalau ada di antara kalian yang begitu ingin kedua buku cetakan terbaru dari Penerbit Qanita di atas menjadi milik kalian, segera tuliskan komentar kalian sekarang juga! 

\(^o^)/


Ketentuan Menuliskan Komentar di Kolom Komentar
Ikuti format berikut ini dalam menuliskan komentar kalian sebagai peserta #MGANia edisi Februari 2015:
Nama 
Akun Twitter/Facebook
Cerita 


Ketentuan Posting di Twitter
Postingan kamu harus mengikuti format yang saya tentukan, yaitu:

Saya mengikuti #MGANia @niafajriyani dan @iyasCoveRy [link info #MGANia Februari 2015 : The Art of Love] 

Contoh
Saya mengikuti #MGANia @niafajriyani dan @iyasCoveRy http://kata-nia.blogspot.com/2015/02/MGANia-Feb2015.html

Ingat ya, URL yang dicantumkan di postingan twitter adalah URL postingan saya terkait #MGANia ini.

***

Lomba ini diadakan selama satu bulan, terhitung tanggal 1 - 28 Februari 2015 pukul 23.59 WIB. Masih ada banyak waktu untuk mengikuti perlombaan ini.

Pemenang akan diumumkan melalui blog saya yang ini serta dipublikasikan juga di akun twitter saya @niafajriyani pada tanggal 1 Maret 2015 pukul 20.00 WIB.

Saya akan memilih 2 orang pemenang, yang ditentukan berdasarkan penilaian saya sendiri dengan dibantu oleh Iyas. Keputusan akhir tidak dapat diganggu gugat.

Tunggu apalagi?

Ayo segera tuliskan komentar terbaik kalian sekarang juga!

\(^o^)/


Have a blessed day!






Media Partner

https://twitter.com/Warung_Blogger

36 comments:

  1. Nama: Rakhmad HP
    Twitter: @mata_sendu
    Cerita:
    Ngomongin cinta ya? Hmmm... ini agak sulit. Sebab, cinta bagi saya terlampau sakral untuk diceritakan. Tetapi kalau memang harus bercerita, baiklah, saya kali ini akan serius —tidak seperti biasanya yang cuma bercanda soal cerita cinta absurd dengan ***:
    Barangkali cerita cinta saya tak jauh berbeda dengan cerita cinta kak Nia dan Ibundanya. Saya juga memiliki hubungan cinta yang erat dengan Ibu saya. Semacam cinta Ibu dan anak yang juga tergambar dalam film korea favorit saya: A Long Visit (My Mom) 2010. Film yang menggambarkan tentang hubungan Ibu dan anaknya yang sungguh mengharukan. Endingnya juga tidak tertebak. Tapi yang menyamakan film dengan hubungan saya dan Ibu adalah kebiasaan curhat sang tokoh anak kepada Ibunya. Iya, saya juga sering curhat kepada Ibu saya, seperti film itu.
    Kalau boleh jujur, sebenarnya kebiasaan curhat saya itu memang di mulai dari Ibu saya. Istilah ini pun saya ketahui dari beliau, sungguh. Kalau tak salah, saya tahu istilah ini dari Ibu waktu kelas 5 SD. Ibu saya menyuruh saya untuk terbuka mengungkapkan isi hati saya, uneg-uneg yang membuat saya gelisah. Kebiasaan itu pun terus berlanjut hingga saya dewasa. Hingga sampailah pada sebuah peristiwa yang terjadi pada 2011. Yaitu sebuah peristiwa dimana saya gagal masuk PTN impian saya, padahal upayanya menurut saya sudah maksimal. Tapi kehendak Tuhan memang lain.
    Bagi sebagian orang, peristiwa ini mungkin sepele. Tetapi bagi saya dan Ibu, ini tidaklah sepele. Sebelumnya, jauh-jauh hari sebelum rangkaian tes masuk PTN diselenggarakan, Ibu saya sudah berulangkali mengingatkan: “Ak, apa aak tetep pengen di IPB itu? Yakin aak mampu? Mama nggak mau aak kayak anaknya Bu Sularsih yang gagal masuk ITS itu. Dia jadi stress dan agak linglung gitu. Kalau aak gak ketrima IPB, jangan sedih, aak yang tabah. Masih banyak pilihan kampus. Inget ya.”
    Dan benarlah. Apa yang dikhawatirkan Ibu saya ini benar-benar terjadi. Setelah gagal melalui serangkain tes ujian masuk PTN, saya pun akhirnya lelah. Bukan hanya lelah saja, pikiran saya jadi agak nyeleneh. Saya lebih sering melamun, duduk terpekur di dekat jendela. Tubuh saya kurus, muka saya tirus, darah saya rendah. Pada saat-saat itulah saya berdosa: saya membuat Ibu saya benar-benar khawatir. Ibu saya memeluk saya, mengecup kening saya, sembari berujar: “westalah ak, udah aak sekarang ikhlasin aja yang udah-udah. Kan masih ada tahun depan, bisa coba lagi. Rezeki gak bakal ketuker Ak. Wes aak bisa jadi opo ae. Sekarang aak wes tenang ae, kan udah masuk UNSUB (Kampus tempat saya berkuliah sekarang — dulu saya sempat marah-marah gak jelas karena kuliah disini).”
    Ibu saya terus menyamangati. Memotivasi saya. Mendoakan saya. Lebih sering mengajak saya mengobrol. Memasakkan makanan yang enak-enak. Pokoknya segala cara dilakukan agar saya semangat lagi. Bangkit lagi. Dan benarlah, saya pun perlahan-perlahan bangkit lagi. Saya tidak mau mengecewakan Ibu saya, saya tidak mau membuatnya gelisah terus menerus, saya tak mau menyia-nyiakan cintanya.
    Saya pun belajar ikhlas menjalani kuliah saya. Semata-mata ini saya lakukan demi Ibu saya, sebab saya cinta Ibu saya. Dan begitulah cinta, begitu ajaib. Ternyata yang selama saya kuliah di tempat itu, saya menemukan hal-hal baru yang tak terduga. Prestasi yang cukup cemerlang, teman-teman baru, dan yang paling ajaib adalah: saya dipertemukan dengan orang-orang wow (termasuk kak Nia ini). Padahal saya tadinya mengira kalau kuliah di UNSUB ini saya akan jadi kudet. Tetapi kenyataannya justrus sebaliknya. Saya juga menemukan jati diri saya justru dari tempat ini. Saya pun melupakan niat saya untuk ikut tes PTN lagi. Semuanya karena cinta Ibu saya yang tak putus-putus. Meskipun terpisah jarak antara Sidoarjo – Subang.
    Barangkali kalau tanpa Ibu saya, saya sudah entah jadi apa. Oiya, kepanjangan ya? Oke, makasih sudah menyediakan ruang untuk curhat. *kecup teh Nia*

    ReplyDelete
  2. Nama: Dida Darnisha
    Akun Twitter: @didarnisha
    Cerita:

    Cerita cinta ya, Kak? Jujur saja saya tak banyak memiliki pengalaman cinta. Agaknya basi kalau bilang saya mencintai Mama saya, karena memang kodratnya begitu. Jujur saja, saya sering kali merasa saya kekurangan cinta dari kedua orangtua saya, terutama Ibu. Kedua orangtua saya bekerja dari pagi hingga sore. Apalagi saya tak banyak berteman dengan tetangga. Alhasil selalu merasa sendiri di rumah. Kakak saya (seringnya) pulang sore. Tak seperti kakak saya yang terkadang masih bisa bercerita dengan Mama. Saya tidak demikian. Saya, entahlah kenapa, lebih banyak memilih diam dan sendiri. Ya bisa dibilang buku dan games adalah pelarian saya. Saya mengejar nilai dan sekolah ternama demi melihat secercah rasa bangga di mata Mama saya.

    Ada satu buku yang berpengaruh dalam hubungan ibu dan anak yang saya miliki, For One More Day. Kak Nia pasti tahu bukunya. Haha. Saya pernah melewatkan kasih sayang yang diberikan seorang nenek. Saya hanya tak ingin kasih sayang Mama saya juga berlalu begitu saja. Saya—bisa dibilang—berusaha mengecilkan jarak yang saya buat sendiri. Hanya tidak ingin membiarkan penyesalan datang lagi. Meski belum sedekat Kak Nia dan Ibundanya. Dan, oh ya, dorama Jepang yang berjudul Daisuki! juga memberikan saya gambaran betapa beratnya Ibu berjuang, tapi tetap berjuang untuk anaknya.

    Walaupun begitu, kini, saya lebih sering merasa bersalah. Karena membaca buku, padahal sudah diingatkan untuk tidak membeli. Memang Mama gak marah lagi, sejak kubawa buku kalau lagi berlibur. Tetap saja, saya merasa mengecewakan beliau. Cinta itu sederhana, prosesnya yang sedikit rumit—mungkin. Karena hidup gak melulu lempeng hahaha.

    Sekian dari saya *cheers*

    ReplyDelete
  3. Nama: Angsukma Putri Dewayanti
    Twitter: @putridewayanti
    Cerita:

    Cerita cinta kali ini aku persembahkan untuk papa, pria yang selalu ada kapanpun dimanapun aku butuh. Aku memang lebih dekat dengan papa daripada mama. Papa memang lebih mengerti diriku. Cinta papa kepada anak-anaknya (anak papa ada empat, aku ketiga) benar-benar tidak terukur (astaga baru menulis, mataku sudah berkaca-kaca).

    Anak yang paling suka merepotkan Papa adalah aku. Iya aku.

    Aku baru bisa mengendarai sepeda motor waktu kuliah semester 3. Dari SMP sampai kuliah aku selalu diantar jemput Papa. Jarak sekolah dan kampus memang cukup jauh. Kurang lebih satu jam karena macet luar biasa. Jadi setelah Papa mengantarku ke sekolah, Papa langsung pergi ke kantor. Kantornya di Sidoarjo, lokasi yang bertolak belakang dengan sekolah. Tujuh tahun Papa antar jemput aku dan alhamdulillah Papa tidak mengeluh sama sekali.

    Papa pernah berkata, "Selama tempatnya jelas, Papa siap antar jemput kamu kemana saja, kapanpun. Ingat ya hp Papa selalu standby 24 jam."

    Subhanallah aku bersyukur punya Papa seperti beliau. Papa tidak mau anaknya susah. Ya, ini bukti cinta Papa yang tak terhingga padaku. Sampai pada akhirnya, aku belajar naik motor karena mobilitas dan aktivitas kampus yang tidak menentu.

    Itu hanya salah satu contoh. Sebenarnya ada banyak, banyak, dan banyak kelakuan Papa yang membuatku bangga dan terharu.

    Terima kasih untuk Papa yang selalu menjadi sosok hebat di mata putri kecilnya (aku memang putrinya yang paling kecil).

    Dan terima kasih kuucapkan untuk Mama karena sudah memilih pria sehebat Papa.


    end
    have a nice day :*

    ReplyDelete
  4. Nama: Lina Handriyani
    Akun : Lina Handriyani / @linhandc

    Berbicara tentang cinta itu kadang mesti sok tau atau sok ngerti atau kadang malah sok bloon. Tergantung keinginin dan tujuan sih... Ketika berbicara tentang cinta, aku tak begitu berani mengungkapkannya. Termasuk cinta pada orang tua. Yang jelas aku tau mereka berdua mencintaiku setulusnya dan selamanya. Tapi apa aku mencintai mereka? Jelas akan aku bilang aku sangat mencintai mereka. Tapi apa orang akan percaya kalp aku bilang seperti itu jika mereka tau kalo aku sendiri masih belajar mencintai diriku sendiri?

    Agustus tahun lalu aku dipertemukan dengan eseorang yang luar biasa. Seorang wanita dari belahan bumi lain yang berbeda suku, bahasa, budaya dan usia. Tapi entah apa rencana Tuhan yang jelas aku mensyukuri pertemuan ini karena wanita ini mengajarkan aku banyak hal. Terutama cinta.

    Dia tidak mengguruiku, dia hanya mencoba membuatku mengenal diriku kemudian mencintai diriku (bahkan hingga saat ini). Ya karena aku terlalu banyak amarah, kekesalan, kekecewaan, dendam dan penyesalan yang ada dalam diriku, membuatku tak pernah bahagia dan mencintai apa yang sudah aku milikinya dengan tulus. Tapi dia terus berusaha untuk membuatku mengakui tentang penyangkalan-penyangkalan dalam hidupku dan mulai belajar menerima apa saja yang aku miliki. Tujuannya hanya agar aku bisa mencintai diriku sendiri.

    Namun sesungguhnya ada satu keinginan besarnya selain membuatku mencintai diriku sendiri. Dia ingin aku mengenal Tuhan, mendekat pada-Nya dan mencintainya. Ya, mencintai Tuhan adalah sumber dari segala cinta di dunia ini.

    Terimakasih pada Allah, Sang Pemilik Cinta yang mengirimkan orang-orang yang mencintai aku di saat aku tak mencintai-Nya (mengenalnya pun hanya sebatas ya Dia adalah Tuhan). Terimakasih telah mengirim orang-orang yang mengajari ku tentang cinta dengan cinta (orang tua, kakak, teman2 yang tersebar di seluruh dunia). Aku akan terus belajar mengenalMu dan mencintaiMu meski tertatih dan sangat amat perlahan (kayak lagu yaaa tp beneran kok ini)...

    Makasih Mak Nia atas ruang curhatnya... :* (beneran kangen pelukanmu Makkk)

    ReplyDelete
  5. Nama : Miftaahul Jannah
    Twitter : @heymiftah

    Berbicara tentang cinta, Miftah selalu percaya kalau cinta itu memberi tanpa pamrih atau menerima tanpa meminta. Dan itu semua merupakan kebutuhan primer yang harus banget dipenuhi. Sama kayak proses respirasi, sekresi dan ekskresi. Sebagai makhluk hidup kita pasti memerlukan itu semua, dan apa kita berpikir untuk memperhitungkan sisa ekskresi itu dan memintanya kembali? Yha, contohnya poop deh.. Pasti kita gak bakalan mikir melakukan seperti itu-kan?
    Nah itulah gambaran bagaimana Miftah memaknai cinta, dan untuk sekarang Miftah sedang belajar untuk mencintai diri Miftah sendiri. Sounds so selfish? But heres the truth, Miftah adalah tipe seseorang yang "I really want to please everyone" sehingga Miftah lupa bagaimana rasanya mencintai diri sendiri. Bahkan Miftah lupa untuk bernafas. Miftah selalu mengesampingkan diri Miftah untuk kebahagiaan dan kebaikkan orang lain bahkan saat Miftah tau kalau hal itu menyakitkan.
    Dan sekarang, disinilah Miftah. Berusaha sekuat tenaga untuk mencintai diri sendiri tanpa memedulikan pikiran atau anggapan orang lain, bahkan untuk memilih jurusan kuliah nantinya pun begitu *cough*. Banyak orang yang bilang “Waanjir, kenapa lo gak ngambil geografi aja? Lo kan mahir disitu.” Kemudian yang Miftah lakukan adalah ketawa dan bilang gini, “Kalau lo mau Geografi, ambil aja tuh. Imma gonna be a good doctor and scientist, then.”
    Mungkin terkesan bullshit, tapi Miftah menyadari bahwa mencintai diri sendiri itu terlalu rumit. Setidaknya, ketika Miftah mencoba dan belajar mencintai diri sendiri, Miftah yakin bahwa diri sendiri tidak akan mengkhianati sebagaimana cinta makhluk hidup dengan Tuhannya.

    ReplyDelete
  6. Nama: Sekar Ayu Wulandari
    Twitter: @sekarnulis
    Cerita:

    Sampai sekarang saya selalu kesulitan mendefinisikan lima huruf itu. Rasanya seperti sama saja kata itu dengan yang lain meskipun susunan hurufnya beda: rindu, sayang, kasih.

    Setidaknya, selama saya hidup sejak kecil sampai sekarang hendak menghadapi pasca kampus, disepanjang perjalanannya saya menemukan penjelasannya sepotong demi sepotong.

    “gue udah dapet email. Alhamdulillah diterima” ujar kawan baik saya suatu ketika.
    “alhamdulillah..” jawab saya.

    Dan tiba-tiba ingat salah satu cuplikan film 3 idiot; Kami memahami satu lagi tingkah laku manusia. Jika temanmu gagal, kau akan merasa sedih. Jika temanmu menjadi yang terbaik, kau akan lebih sedih.

    Kesedihan itu bukan karena keberhasilan yang teman saya raih. Tapi lebih kepada sesal yang dalam, mengapa aku tidak bisa sepertimu? mengapa aku begitu bodoh dalam banyak hal?

    Seketika itu juga saya merasa kecewa, sedih, dan beribu perasaan yang menghempas. Saya pulang ke rumah dengan pikiran dan hati yang cukup kacau. Kawan saya hendak pergi menuntut ilmu di negeri impiannya, dan saya masih di sini dengan lelah, peluh, dan impian yang masih dikejar.

    "otw bandara nih" pesan singkatnya masuk ke ponsel saya. Mencelos seketika. Kemudian muncul memori selama kami saling membersamai. Dan betapa saya benci dengan kenyataan saat ini. Kenapa saya begitu lemah, kenapa saya sekarang –yang biasanya sangat santai dengan siapapun, apalagi teman– menjadi seperti tidak punya teman lagi di kampus, di perjalanan, khususnya di commuter line, menikmati deru kereta menempuh jarak jakarta bogor, berkeringat, wajah penuh debu, bau matahari. Lalu kami saling menggenggam, menikmati waktu dengan bercerita apapun. Bagaimana saya bisa mudah melepasnya, mengingat dalam bilangan tahun, saya dan dia saling menopang, saling menyemangati bahwa impian kami akan tergenggam sebentar lagi. Tapi kemudian dia pergi lebih dulu.

    Lalu terhempaslah saya pada satu titik, "Seandainya di depan sana kami berpisah jalan, kami akan tetap bisa menikmati waktu ini kan?", "Bahkan kalau nanti sudah akrab dengan usia senja, kami masih bisa menghela napas bersama kan?"

    Seandainya tumbuh kembang kami bisa dipreteli satu-satu, mungkin akan ada banyak bahasa yang sulit dicerna. Mungkin akan ada lebih dari satu cerita yang sulit dirupa kosakata. Karena percakapan kami terlalu istimewa. Dia, dengan bermacam gestur. Saya, dengan beraneka mimik. Dan semuanya punya irama sama; ukhuwah. tali persaudaraan. Ternyata, saya hanya takut kehilangan dia.

    “teman-teman akrab pada hari kiamat akan bermusuhan, kecuali mereka yang bertakwa” (Q.S Az Zukhruf: 67)

    Sampailah saya pada kesimpulan. Barangkali saya memang lupa, Allah bekerja dengan cara-Nya untuk membuat saya bahagia. Barangkali memang saya lupa, tentang jalan-jalan mana saja yang sudah saya tempuh untuk menemukan penjelasan yang tepat. Meski saya tahu persis jalan sunyi yang sudah dipilih, yang masing-masing dari kami telah pilih, tak pernah benar-benar sunyi. Di sana bergemuruh doa dan harap di tiap paginya, petangnya, malamnya, di tiap hujan, di sepanjang perjalanan, di antara adzan dan iqamah, di setiap detak yang masih Ia karuniakan.

    Namun Allah telah menggariskan, bahkan jauh sebelum saya tahu, begitupun dengan dia, bahwa cinta adalah ketika masing-masing dari kami tak sepanjang waktu berkirim sms, tak setiap hari menelpon, tak selalu saling chatting, berkirim email, menanyai kabar, tak saling berkirim hadiah ulang tahun. Tidak.

    Lima huruf itu adalah saat-saat dimana kami saling menyebut nama dalam setiap doa.

    Dan tetap saja ia tak berdefinisi menurut saya. Hanya saja, seperti itulah rupa perbuatan yang mencerminkan bahwa definisi Tuhan telah bekerja dengan sempurna. Saya berjanji, suatu saat nanti saya akan menyusulnya. Menggenggam impian kami masing-masing, melalui jalan istimewa milik kami.

    ReplyDelete
  7. Nama : Dias Shinta Devi
    Twitter : @diasshinta
    Cerita :
    Yang aku rasakan terus dan tak ada habisnya ya berbagai bentuk cinta dari keluargaku. Cinta dari sebuah keluarga yang sering kali terlupakan atau terlewatkan ketika ada pertanyaan “Siapa yang terlintas di benakmu saat mendengar kata CINTA?”

    Waktu yang dibagi dan dijalani bersama keluarga terus menerus mengajarkanku arti dari cinta yang tulus tanpa syarat. Mungkin sudah miliaran pengorbanan tak berbalas yang dilakukan kedua orang tuaku. Bahkan mungkin lebih.

    Aku yakin ketika hatiku mengatakan orang tuaku lebih mencintaiku dibanding apa pun di muka bumi ini. that’s the reason why i always follow what my family’s want. Walau terkadang aku lupa, bahkan tanpa sadar pernah menomorduakan posisi orang tua dengan seseorang yang aku kira benar-benar mengerti aku (seperti: lebih dulu menceritakan masalah kepada sahabatku). Sayangnya, persahabatan mungkin saja ada pengkhianatan, dan saat itu terjadi, Mama lah jadi tempat aku kembali “pulang” dengan segenap permasalahan yang aku punya. Dan Bapakku ada di situ sebagai tempat aku berguru dari tempaan kehidupan. Bapak pernah bilang, “Jangan jadi cewek lembek! Cewek juga hatinya harus sekeras baja!”.

    Aku yakin, cinta mereka ke aku nggak akan pernah berhenti mengalir bahkan ketika darah aku berhenti mengalir!

    Sering sepupu-sepupuku membahas kapan aku punya pacar, tapi aku cuma jawab “entar aja”. Tapi suatu ketika ada moment aku bersama kedua orang tuaku membahas tentang itu. Mereka cuma bilang, “Jangan pacaran dulu kalau belum jadi ‘orang’. Jangan mau lebih rendah terus dari pacarnya nanti. Harus lebih pinter. Lagi juga, jangan dulu pacaran deh. Nanti sakit hati, kan bapak ikut sakit hati kalau anaknya di sakitin. Capek-capek mama ngelahirin, bapak capek-capek ngasih ini-itu sampe gede, eh udah gede malah anak cewek satu-satunya disakitin, ya ngamuklah!”

    Dari kalimat itu tergambar jelas kalau sebenarnya mereka tak rela hati buah hatinya terbagi sebelum waktunya. Emang sih kayak diiklan yang bilang, “emang rela bagi-bagi?”. Tapi, saat itu aku cuma bisa diam mendengarkan dan dengan ikhlas meng-iya-kan dalam hati. Tiba-tiba adikku ikutan nimbrung dan ngomong, “Teteh jangan pacaran dong! Nanti teteh kayak kakak-kakak yang lain adenya nggak diperhatiin, malah lebih sayang ke pacarnya.”

    Duh cuma bisa bilang “iya” aja, padahal sumpeh deeh nggak sedikit pun buat kepikiran punya pacar saat itu. Mungkin mereka bilang kayak gitu karena liat semua sepupuku udah punya pacar dan tinggal aku yang jomblo. -_- maklumlah ya lingkungan rumahku itu lingkungan sodara semua.

    Ada lagi kisah tentang pengorbanan di 2014, saat itu aku lulus SMK dan adikku lulus SD. Awalnya memang nggak kepikiran untuk kuliah karena niat pengen kerja, tapi mama tau banget isi hatiku yang pengen kuliah. Saat udah keterima PTN dan tinggal daftar ulang, mirisnya kedua orang tuaku hanya memiliki uang “pas” untuk daftar ulang kuliah. Maklum aja, orang tuaku nggak punya penghasilan tetap yang bisa diandalkan, aku rajin internetan juga karena jualan pulsa hehe.
    Bagian paling nyesek itu saat masih di lingkungan kampus bapak bilang gini, “Ini uang cuma bisa dipake iyas kuliah, tapi nanti adenya nggak punya uang lagi buat beli seragam baru SMP. Gimana?” seketika udah berasa disamber petir tuh hati. Pas ade aku tau dia juga ngomong, “teteh diduluin terus ya!” mungkin terbesit iri di hati dia, tapi dengan polosnya dia bilang lagi “tapi kalo udah lulus kuliah, mudah-mudahan gajinya gede ya teh biar aku juga bisa kuliah.”

    I have no word :’( aku cuma bisa meluk ade aku dan ngangguk sambil nahan sesak di dada.
    Tapi ternyata Allah juga punya bentuk cinta yang lain. Rejeki itu datang dan akhirnya adik aku bisa beli seragam baru :D

    So, menurut kamu kalau mau mendefinisikan tentang cinta, aku rasa huruf A hingga Z tak mampu menanggung tumpahan makna dari cinta :) entah apa warna dari cinta, tapi aku rasa bukan hanya “pink” semata. Aku belum bisa lihat bentuk lain dari wujud cinta yang tulus selain cinta kedua orang tuaku. Mungkin kamu sudah? :)

    ReplyDelete
  8. Nama : Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono
    Akun Twitter/Facebook :@guru5seni8/Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono
    Cerita :
    Konsep cintaku adalah sedang belajar mencintai dengan tulus pada siapapun, pada pekerjaan apapun.

    Pada siapapun ini salah satunya adalah kepada Ibuku, yang sedang aku buatkan surat cinta di blog dengan judul Cinta0q dengan angka 0 yang melambangkan awalan dan angka dibelakang q yang membantuku mengingatkan pada hari keberapakan aku berpartisipasi pada event #30HariMenulisSuratCinta walaupun aku menyadarinya bahwasannya itu sangatlah belum makslimal terutama karena keterbatasanku dalam merangkai kata dan mentog namun surat itu aku buat tulus.

    hemm... itu saja deh
    salam kenal

    ReplyDelete
  9. Anila Alatas a.k.a Farah Soraya Alatas a.k.a Buka Sampai Malam
    @anilaalatas
    Ceritanya gini..



    Gue bukannya mau beda sendiri atau cari sensasi (udah keseringan soalnya), tapi jujur aja gue sebagai penulis merasa cinta gue sama keluarga itu wordless, gue ngga bisa jelasin panjang lebar di comment blog ini karena pasti panjang dan berseri. Dan gue percaya juga lo percaya gue sangat menyayangi keluarga gue - karena sejauh mana gue melangkah dan ngicir ke mana - mana ngumpulin kartu pos sama milage maskapai dari berbagai kota dan negara, gue akan selalu ingin kembali ke rumah dan itu yang gue rindukan.

    Jadi ini definisi cinta yang gue dapetin dari quotes ini dari Joe Abercrombie
    'You have to learn to love the small things in life, like a hot bath. You have to love the small things,,"

    Dan dari quotes ini - gue sadar cinta itu bukan hanya perihal sesiapa, tapi juga apa.
    Gue akhirnya memahami cinta terhadap 'apa' atau benda melalui satu benda yaitu uang koin alias uang receh.
    Coba, itu uang yang sering banget diawur - awurin secara asal dan ngga peduli karena valuenya sangat tidak menggoda.Kita bisa santai tidak mengambil kembalian '100' dari kasir minimarket tapi nagih - nagih kalo kurang dua ribu.
    Dari prinsip uang receh ini, gue mempelajari cinta terhadap hal yang kecil, karena gue jadi tahu - menunggu itu ternyata ada hasilnya, dan hasilnya juga menyenangkan.
    Persis tiga hari lalu, gue iseng - iseng membuka semua kaleng astor gue yang sudah sangat berat kala itu. Tahun lalu gue pernah melakukan hal yang sama tapi gue enggan terus lagi, sampai akhirnya gue beneran ngga ada kerjaan dan memutuskan untuk melakukan hal yang sama lagi.
    Dibutuhkan lebih dari 2 jam untuk mengumpulkan per 10 koin dan menyelotipnya, dari koin 50, 100,200, 500 sampai 1000.
    Tahukah kamu hasil yang saya dapatkan dari mengumpulkan bertahun tahun?
    Lebih dari 500.000!!!
    Dalam bentuk koin, iyessss!!
    Itu masih belum semua ternyata, tiba - tiba di ujung pencarian masih ada dua wadah yang belum dibongkar.
    Amazed banget. Ternyata kumpulan krucil - krucil yang (terlihat) tidak ada harganya menjadi sesuatu yang punya value sangat lebih.
    Lo pernah ngalamin hal ini, NteNi? Hal besar dari sesuatu yang kecil?
    Mungkin sering.
    Tapi gue ngga sangka begitu masifnya nilai kecil ini.

    Dari sini gue belajar banyak, sama seperti teknologi yang mempelajari burung kolibri agar helikopter bisa terbang steady dan mundur, atau sejenisnya. Cintai - jangan remehkan hal yang terlihat kecil bagimu. Jangan pernah.
    Sama seperti prinsip uang receh ini.
    Sama seperti orang - orang yang terasa maya di setiap harinya namun pada satu saat mereka bisa menjadi yang paling kita perhatikan.

    Ini baru konsep cinta yang akhirnya saya temukan dari sebuah benda dan menghasilkan tulisan yang (mayan) panjang.
    Kamu jadi mengerti kan akan sepanjang apa kalau tulisan konsep cinta ini tentang keluarga dan (ehem..) dia?

    Wordless.

    ReplyDelete
  10. Nama: levin lme
    Twitter: levin lme

    Cerita:
    Bicara tentang cinta, tak akan pernah ada habisnya. Karena cinta yang mengantarkan hidup saya menjadi lebih bahagia. Cinta yang mengangkat saya menjadi lebih berarti dan penuh makna. Sebelum saya mengenal cinta, pikiran saya yang ada hanya napsu, ambisi dan keluhan semata. Cinta yang mengajarkan saya hidup dipenhi pengertian dan pemahaman. Porsi cinta kala itu dipenuhi napsu sesaat, yang ada dipenuhi cemburu dan emosi jiwa.

    Sembilan tahun saya arungi hidup dengan kecewa dan emosi jiwa, kenapa pasangan saya tidak mampu memahami perasaan, keinginan, dan cita-cita saya. Ternyata hidup sembilan tahun terlebih banyak dihabiskan dengan perasaan kecewa yang muncul dan saya ciptakan dari kecewa dimasa lampau.

    Hidup saya rasakan hanya berkutit dikisaran kecewa dan sensitif, hingga cinta menghampiri dan berdiam tidak begitu lama bersama saya. Hingga akhirnya saya sadari, cinta saya ada didepan mata setelah saya dapat melewati masa berkuak dengan emosi jiwa akan masa lalu saya. Disanalah seseorang berdiri, selalu memberikan tangannya untuk saya ketika saya terjatuh, terhempas dan kadang tak sanggup lagi berdiri, tetapi tangan itu selalu menyambut dan merangkul saya, sambil berkata: "aku tidak mampu mengukir kata cinta, tapi lihat dan yakinlah bahwa aku akan selalu ada untuk cintaku yang telah berjodoh denganku yaitu kamu!" Yah....dialah suami saya hingga jelang 11 tahun bersama, dialah yang paling mengerti cinta sesungguhnya hingga mampu mengajarkan saya bahwa cinta adalah pengorbanan dan sakit dirasakan bersama

    ReplyDelete
  11. Wulida nadhila
    twitter : wulidana

    Bicara tentang cinta. Aduh sebenarnya aku mempunyai cinta yang terlalu ngenes.

    11 bulan yang lalu aku menjadi penggemar rahasia seorang lelaki. Menjadi orang yang selalu saja melakukan hal bodoh hanya karena ingin melihat sosoknya.

    Namun segala kebagiaanku sirna sudah saat salah satu temanku yang menegetahui jika aku menyimpan rasa terhadapnya. Semua ini salahku, aku yang tidak bisa mengendalikan perasaanku terhadapnya. Dan semua yang kebahagiaan yang kudapat selama sebulan terakhir saat menjadi penggemar rahasianya berubah menjadi rasa malu yang tak terkira. Dia mengerti semuanya, dia mengerti jika aku menyukainya.

    Aku pernah membaca disalah satu novel karangan Drwis Tere-Liye jika “cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk saling mendukung dan selalu ada baik senang maupun duka. Cinta adalah perbuatan. Kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun rasa cinta. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa memberi”.

    Kalimat yang ku kutip dalam sebuah novel itu benar-benar menohokku. “cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk saling mendukung dan selalu ada baik senang maupun duka”. Jangankan komitmen dan saling mendukung selama aku kenal dengannya diantara kami hanya tercipta dua kali percakapan—aku yang bertanya suatu hal, dia menjawab pendek lalu aku hanya mengganguk kecil sebagai jawaban, dan sebaliknya. Tidak ada kalimat gombal, tidak ada percakapan akrab dan lelucon yang terlontar, tidak ada rona merah yang menghiasi pipi seperti orang yang jatuh cinta pada umumnya. Yang ada hanya aku yang merutuki organ-organ tubuhku yang tidak bisa ku kendalikan, lidahku yang kelu saat aku ingin bertanya atau menjawab pertanyaannya, tangan dan kakiku yang entah kenapa menjadi kebas. “Cinta adalah perbuatan. Kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun rasa cinta. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa memberi”. Aku tersenyum getir. Perbuatan apa yang pernah aku lakukan untuknya? Perbuatan apa yang pernah dia lakukan untukku? Tidak ada. Tidak ada perbuatan baik itu sederhana ataupun special yang kami lakukan. Yang ada hanya aku yang menjadi penggemar rahasianya, yang ada hanya aku yang selalu mencuri pandang kearahnya, yang ada hanya aku yang menyimpan cinta dan rinduku rapat rapat.

    Seminggu telah berlalu, aku telah berhasil keluar dari masa galau gundah gulana. Aku memutuskan untuk melupakannya—bukan lupa dalam artian yang sesungguhnya. Aku hanya melupakan rasaku terhadapnya toh aku juga sampai sekarang belum mengerti apakah rasaku untuknya adalah perasaan yang lazim dimiliki orang yang jatuh cinta atau hanya sekedar rasa kagum. Ah aku juga sudah tidak perduli dengannya, bukannya dia juga tau kalau aku memiliki rasa terhadapnya tapi dia hanya diam saja. Bersikap acuh tidak perduli. Jika dia tidak perduli terhadapku maka aku juga harus tidak perduli terhadapnya. Tapi semua keputusanku gagal total saat mata elangnya menatap mataku.

    Untuk kesekian kalinya aku merasa Tuhan tidak adil terhadapku. Aku terjebak dalam permainan takdir-Nya. Yang ada sekarang hanya aku yang sibuk membuat bantal basah. Aku sibuk merutuki kebodohanku yang dengan gampangnya melupakan keputusan yang telah aku pirikirkan hampir seminggu hanya karena melihat senyumnya. Padahal tiga hari yang lalu kurang dari dua jam dia berhasil membuatku jatuh cinta dua kali. Dan sekarang dia membuatku merasakan sakit yang tidak terkira. Dan yang patut di salahkan karena kejadiaan ini tentusaja aku. Aku yang bodoh, aku terlalu berharap kepadanya.

    Dia menyukai gadis lain. Aku tidak tahu siapa gadis itu, tapi yang jelas bukan aku. Aku harus bagaimana? Tidak mungkin jika setiap malam aku selalu membuat bantal basah karena menangisinya.

    Aku tahu dia bukan jodohku. Tuhan tidak menuliskan namanya di garis takdirku. Aku tahu cinta butuh pengorbanan. Jadi aku memutuskan untuk melupakannya, melupakan dalam artian sesungguhnya, mengubur semua rasaku terhadapnya, menutup rapat-rapat rasa sakit yang ku dapat saat mencintainya.

    ReplyDelete
  12. Nama : Inge Maudiawati
    Twitter : ingemaudiaw

    Aku hanya akan menceritakan pengalaman saya tentang mencari cinta sejati. Inilah yang akan kalian butuhkan nanti.
    Cinta Sejati. Aku mengharapkannya, layaknya setiap wanita didunia.
    Aku menghabiskan sebagian besar waktu remaja-menuju-dewasaku untuk menemukan cinta sejati. Aku tahu ini terlalu dini, namun aku memang bermimpi menikah di usia muda. Jadi menurutku tidak ada salahnya mulai mencari sejak remaja. Aku selalu memiliki ketakutan besar akan kesendirian.
    Aku selalu menjadi orang yang ambisius dalam
    hal perkuliahan dan pekerjaanku. Tapi setiap kali aku menjalin suatu hubungan, aku akan dengan mudahnya meninggalkan semuanya karena saat itu menurutku
    yang terpenting adalah fokus pada hubunganku.
    Mungkin aku memang sedikit
    tidak menghormati diri sendiri, namun aku selalu berpikir bahwa menemukan
    seseorang yang mencintaiku lebih penting daripada
    lain.
    Aku sering menjalin hubungan dengan orang yang salah. Dulu, aku selalu
    meyakinkan diri bahwa tidak ada orang lain di luar sana yang akan
    mencintaiku, maka aku bertahan menjalani hubungan itu. Sampai pada suatu saat aku tak sanggup menahan masalah apapun dari hubungan seperti itu. Itu menjadi puncak kebangkitanku, momen disaat orang yang aku pertahankan, yang aku pikir aku cintai ternyata mengecewakanku, membuatku berjanji pada diri sendir bahwa aku tidak layak untuk orang dan hubungan seperti itu. Aku pikir aku telah banyak berubah dan banyak mendapat pelajaran dari kesalahan kesalahanku. Yang terpenting adalah kita harus
    benar-benar mencintai diri sendiri karena pada akhirnya cinta sejati akan datang sendiri menghampiri kita.

    ReplyDelete
  13. Nama : Humaira
    Twitter : @RaaChoco


    Kalo ngomongin soal cinta, jujur ga akan ada habisnya, toh setiap hari kita hidup dengan cinta. Cuma terkadang cinta itu ada yang terlihat dan tak terlihat, bagaimana diri kita saja menyadarinya.
    Mungkin sebelumnya orang2 pasti udah bosen buat ngedengernya, tapi mau gimana lagi cinta terbesar yang aku miliki selain yang Allah berikan ya kedua orang tua. Karena sebenernya cinta tuh ga jauh2 amat keberadaannya, cuma kita aja yang ga menyadarinya. Cinta yang tulus ya cinta orang tua, klo cinta ke lain jenis tuh pengorbanannya gede banget, belum lagi rasa sakit hatinya, terus udah pasti ga tulus. Gimana mau disebut tulus klo minta berbalas perasaannya?. Orang tua yang pengorbanannya paling gede aja belum kita bales, walaupun ga bakalan bisa dan ga akan pernah bisa dibales.
    Menurutku cinta buat mamah sama abah, itu udah ga bisa diungkapin lagi dengan kata2.
    Inget waktu dimarahin, sebenernya sih bukan dimarahin, tapi dinasehatin. Apalagi jaman2 SMA tuh perasaan lagi gampang2nya kesel, marah segala macem lah. Trus karena egois, aku yang ga ngerasa bersalah malah ngediemin orang tua. Hal2nya sih sepele, palingan gara2 ribut sama ade. Rasa2nya klo kaka tuh sasaran paling empuk klo lagi ribut sama ade. Belum lagi masalah sekolah.
    Terus waktu buat ngelanjutin kuliah, sebenernya awalnya ga kenapa2, setelah beberapa kali gagal, akhirnya diterima disalah satu PTN. Rasanya udah pasti seneng banget. Tiba2 udah waktunya pendaftaran, orang tua bilang ga bisa ngelepasnya karena aku akan kuliah diluar kota. Mamah takut nanti aku haru pulang malem2, walau aku bilang aku ga akan pulang atau keluar malem2. Tetep aja orang tuaku akhirnya ga ngasih. Sekarang semuanya baru berasa banget. Kalo diinget2 rasanya bodo banget gitu, ga kerasa malah nangis sendiri ngingetnya. Saat ini aku baru bisa menyadari perasaan orang tua yang harus jauh dari anaknya, apalagi kalo seorang ibu tuh kalo khawatir pasti keliatan banget. Inget kaka sendiri aja kalo lagi susah dihubungin, kepikiran terus sampe ga nafsu makan, apalagi aku yang anak perempuan.
    Aku baca buku kumcer Kisah Lima Monyet & Bill Gates, yang salah satu judul cerpennya Kasih Sepanjang Masa. Sebenernya orang tua tuh ga butuh balasan, terutama seorang ibu. Disana dijelaskan kalo harga cinta seorang ibu itu adalah GRATIS.
    Kalo dari cerita diatas terlalu mendiskriminasikan ayah ya?, hehehe. Sebenernya tanpa abah aku juga bukan apa2, aku belajar semua pengalaman hidup itu dari abah. Pengorbanan yang cukup besar juga untuk bisa membesarkanku sampai saat ini. Sudah berjuta peluh tak terhitung keluar dari tubuhnya, sudah berepa banyak letih yang dirasanya?. Itu semua ga akan pernah bisa aku balas, sebenarnya mungkin hanya penghiburan yang dibutuhkannya. Sebuah pijatan untuk melepas letih, atau sebuah candaan untuk menghilangkan kepenatan. Tapi jujur aku terkadang tak menyadarinya, terkadang aku mengeluh tanpa tau tempatnya.
    Untuk semuanya, sampai saat ini aku hanya bisa meminta maaf. Begitu banyak cinta yang sudah mereka berikan tapi membuatku tak menyadarinya selama ini. Sekarang sesudah aku menyadarinya, aku bersyukur aku bisa berbagi tawa, tangis,juga bahagia bersama.
    Makasih mamah dan abah buat semuanya. I Love You.
    Makasih juga buat ka Nia, menyediakan tempat untuk berbagi. Curhatnya kepanjangan X_X. Hehehe :)

    ReplyDelete
  14. Nama: Evnaya Sofia
    Twitter: @eviinayati

    Oke, aku mengatakan ini kisah cinta yang absurd. But I do feel that. Cinta seorang sahabat kepada sahabatnya. Kalian akan tahu di mana letak ke-absurd-annya begitu kalian selesai membacanya.

    Jadi, dulu ketika SMP aku sempat mengikuti Olimpiade Astronomi. aku ditunjuk begitu saja oleh guruku untuk mengikuti olimpiade tersebut yang pada akhirnya memaksaku melahap buku-buku Astronomi dengan segudang teorinya yang sama sekali tak kupahami sebelumnya. Dari situ aku banyak tahu segala hal tentang Astronomi dan mulai menyukainya.

    Kesukaanku pada ilmu Astronomi sedikit terlupakan sampai akhirnya aku kembali ingat saat kelas 1 SMA. Aku banyak membaca artikel-artikel Astronomi di internet, menemukan komunitas-komunitasnya, sampai akhirnya aku mengenal sebuah nama: Auriga. Untuk sekali baca, nama itu mencuri perhatianku. Aku mulai mencari tahu banyak hal tentangnya, lalu memutuskan menulis cerita fiksi pertamaku. Judulnya "Redupnya Magnitudo Auriga". Aku mengetik kisah Auriga di laptop kakakku yang belum sempat kusimpan sendiri sof file-nya lalu harus hilang karena terkena virus. Aku tidak memiliki dokumen apa-apa tentang Auriga selain lembaran-lembaran yang untungnya waktu itu sempat ku-print.

    Lembaran-lembaran itu menjadi bukti bahwa aku pernah menulis sesuatu tentang Auriga, tentang ia dan laki-laki yang diam-diam disukainya. Lembaran-lembaran itu kini hilang entah di mana. Satu-satunya kenangan tentang Auriga adalah kisahnya tersimpan di kepalaku. Karakternya hidup di dalam mataku. Aku mencintainya karena dia adalah karakter dari kisah fiksi pertamaku. Aku mencintainya karena ia pernah menjadi bukti bahwa aku telah berkarya. Dia sahabatku, sahabat yang tidak pernah ada tapi terasa ada; hanya karena ia adalah bukti awal perjuanganku hingga aku ingin terus menulis sampai sekarang.

    Auriga memang tidak ada, karena ia tidak ditakdirkan hidup di bumi. Ia ada di kegelapan jagat raya yang hanya bisa kupandangi lewat Stellarium. Rasi Auriga. :))

    ReplyDelete
  15. Nama: Rindang Yuliani
    Twitter: @Ryu_keren

    Cerita:
    Ini tentang cerita cintaku bersama suamiku. Sewindu yang lalu, ia adalah seorang pelatih pramuka pada ekstrakurikuler pramuka di SMPku. Aku termasuk pandu yang aktif bahkan menjadi ketua di DKG sekolahku. Kami sama-sama tertarik satu sama lain. Menurut pengakuan kami masing-masing, kami tertarik pada karakter dan pemikiran yang lain. Boleh jadi itu benar. Karena sampai sekarang, perasaan ini tetap sama. Pun setelah halal. Benar kata suatu ungkapan; meski fisik, harta, dan kuasa itu menarik, suatu hari kamu akan membutuhkan karakter sebagai alasan kamu jatuh cinta.

    ReplyDelete
  16. Nama: Afrianti Eka Pratiwi
    Twitter: @AfriantiPratiwi

    Bicara soal cinta itu selalu banyak bentuknya. Tapi kali ini saya ingin sekali bercerita soal Mama. Saya seringkali terlambat menyadari bahwa apa yang mama sampaikan kepada saya, baik melalui bentuk teguran, omelan, maupun secara baik-baik adalah bentuk cintanya yang luar biasa pada saya.

    Mama selalu menyayangi saya (pasti), meskipun saya pernah mengira bahwa mama tidak menyayangi saya ketika beliau marah. Tapi ternyata saya yang egois. Hal-hal sepele di rumah yang sering alpa saya kerjakan dan mama selalu menegur saya dengan kalimat, "kamu kalo di rumah sendiri aja begitu gimana dirumah orang? Atau di rumah mertua ntar gimana?" Sungguh sangat menohok jika mama sudah menghubungkan hal itu. Tapi selama ini saya hanya mengiyakan perkataan mama sambik terkadang misuh-misuh kalau disuruh. Namun setelah saya pikir baik-baik ternyata omongan mama sangat benar adanya.

    Pembelajaran tentang cintapun saya ambil dari jarak. Bukan hanya orang pacaran saja yang mengalami LDR. Nyatanya mama pun sering uring-uringan ketika saya tak kunjung memberi kabar saat berada di kota rantauan. Saya seperti orang bodoh pun tak juga peka bahwa ada yang menunggu kabar saya di rumah.

    Pelajaran cinta kesekian adalah mama selalu menunjukkan kasih sayangnya pada saya secara langsung maupun tidak. Sebaliknya, saya tidak begitu kentara ketika menunjukkan perasaan cinta dan sayang pada mama. Walaupun sungguh dengan amat sangat saya mencintainya sampai akhir hayat. Ya, padanya saya memuarakan cinta.

    Seperti sebuah lirik lagu,
    "kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa.
    Hanya memberi, tak harap kembali
    Bagai sang surya menyinari dunia"

    Iya, mama selalu memberi apa yang beliau miliki tanpa pernah meminta kembali apa yang sudah beliau berikan pada saya. Sekian.

    ReplyDelete
  17. Konsep cinta yang aku pelajari kali ini aku dapat dari sebuah film, lebih tepatnya drama seri Korea. Judulnya 49 Days. Dari menonton drama seri ini dapat disimpulkan bahwa cinta yang tulus itu adalah cinta yang tanpa meminta syarat apa pun dan bisa menerima keadaan orang yang dicintai dalam keadaaan seperti apa pun. Kalau dalam drama seri ini, lebih tepatnya adalah cinta terhadap sahabat.

    Dalam 49 Days diceritakan bahwa seorang perempuan bernama Shin Ji Hyun mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan dirinya mengalami koma. Ji Hyun tidak bisa menerima itu. Dia ingin hidup kembali. Kemudian arwahnya bertemu dengan seorang malaikat. Malaikat itu akan mewujudkan permintaannya asal Ji Hyun memenuhi syarat. Yaitu mengumpulkan tiga tetes air mata murni 100% dari orang yang mencintainya dengan tulus. Dengan catatan orang itu bukanlah keluarganya. Shin Ji Hyun boleh meminjam tubuh seorang wanita untuk mengumpulkan air mata tersebut. Air mata itu akhirnya terkumpul, walaupun dengan susah payah dan banyak pengorbanan untuk mendapatkannya.

    Selama perjalanan mencari tiga tetes air mata itulah Shin Ji Hyun baru tahu seperti apa orang-orang yang dia sebut sahabat. Seorang sahabat yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri─yang dia bisa memberikan apa pun untuk sahabatnya itu─tetapi si sahabat malah menghianatinya. Ternyata laki-laki yang selama ini menajdi kekasih Ji Hyun adalah pacar sahabatnya itu. Mereka bekerjasama untuk menghancurkan Shin Ji Hyun dengan alasan yang nggak bisa diterima. Sahabatanya itu merasa bahwa Shin Ji Hyun terlalu naïf, terlalu baik, terlalu memaksakan kehendak tanpa bertanya terlebih dulu apakah sahabatnya itu mau menerima bantuannya atau tidak. Dari situ juga Ji Hyun jadi tahu bahwa salah seorang sahabat yang selama ini selalu berselisih dengannya, justru dialah orang yang sesungguhnya mencintai dia dengan tulus.

    Dari menonton drama seri ini aku jadi menyimpulkan:

    1. Bahwa orang yang selalu membuat kita sebal, bukan berarti dia membenci kita.
    2. Bahwa nggak selamanya yang kita anggap baik, baik juga untuk orang lain.
    3. Bahwa sebaiknya kita menanyakan terlebih dulu pada orang yang ingin kita bantu, apakah dia bersedia menerima bantuan kita atau tidak.
    4. Bahwa jangan terlalu mempercayai orang lain, sekali pun orang itu adalah sahabat yang kita cintai. Karena perasaan yang mereka miliki untuk kita nggak selalu sama dengan perasaan kita.

    ReplyDelete
  18. turut meramaikan saja,
    selamat berpartisipasi sobat,
    semoga kalian yang ikutan bisa jadi pemenangnya :)

    ReplyDelete
  19. Nama : Azzahra Maulidina
    Akun twitter : @ZahraMauLidi
    Menurut aku, cinta itu tidak berfilosofi, tidak berbentuk, tidak juga sengaja dibentuk.
    Maksduku, benar, kan? Cinta tidak berfilosofi, karena saking banyaknya filosofi yang ada dan tidak tahu mana yang benar.
    Beberapa filosofi ada yang positif, ada yang negatif. Cinta itu suci, cinta itu indah, cinta itu menusuk, cinta itu menyakitkan, sampai cinta itu mematikan (beneran deh nih filosofi alay parah).
    Well, perjalanan cinta aku tidak semulus kulit Yoona, tidak pula sekasar tanah. Semuanya flat, biasa saja. Banyak orang bilang kalau orang jomblo dan penyendiri -kayak aku gini- tidak pernah dicintai.
    Kata siapa?
    Aku dicintai keluargaku :)
    Mereka sayang sama aku. Saat aku di dalam kandungan mama, mama selalu ngelus-ngelus perutnya, nyanyiin lagu tidur buat aku. Kalau ayah, dia nyium perut mama terus doain aku semoga aku baik-baik saja. Mereka ngasih aku susu yang banyak biar aku tumbuh besar. Jadilah aku bongsor kayak sekarang hehehe :D
    Semua orang PASTI pernah dicintai. Buat apa nunggu-nunggu cinta dibalas sama 'doi' kalau cinta yang dikasih tulus dari mama sendiri aja suka dibuang begitu aja?
    "Janganlah kau melawan mamak kau, Eliana, karena besar cinta kau padanya tak lebih dari sepersuluh dari cintanya pada kau" -Novel Eliana oleh Tere-Liye.
    See? Bahkan sebuah novel pun berbicara demikian. Hanya orang alay yang bilang dia tidak pernah dicintai -biasanya mah jomblo ngenes khkhkh.
    Saat aku belum mengerti cinta, aku berharap si 'doi' membalas cintaku dan kita happy ending together (kek lirik lagu). Tapi, makin ke sini, yang ada malah aku harusnya sadar, kalau cinta itu tidak boleh balas-membalas kek sms (ntar kalo nggak ada pulsa gimana?). Cinta harus datang dengan sendirinya. Kita ngejomblo, tau-tau ada yang nyatain cinta. Bukan di bawah rindangnya pohon cemara, bukan di antara bunga-bunga mawar yang indah bermekaran, tapi di depan penghulu dan para saksi :)
    ITU CINTA YANG INDAHHHH!!! ><
    Well, pokoknya, cinta itu tidak berfilosofi. Tapi, kita harus tahu cinta itu apa. Siapa itu cinta? (Temen gue namanya cinta broohh wkwkwkwk). Kita harus bisa mengeja cinta menggunakan EYD yang baik dan benar kek di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dijamin, nilai B. Indo kamu seratus :D
    Bagi aku pribadi, cinta itu tidak berfilosofi, tidak berbentuk, dan tidak juga sengaja dibentuk (emang apaan sengaja dibentuk? Tempe?). Dan juga, dia itu rumit. Cinta itu rumit, tapi tidak serumit sistem saraf manusia dan tidak juga sesinpel sambel terasi mama. Pokoknya, ribet deh jelasin cinta itu apa. Yang pasti, cinta itu ada dan akan selalu ada di muka bumi ini :)
    Terakhir, alasan aku ngepost komen di sini adalah bukan hanya karena aku mau dapet -ehem ehem- buku giveaway-nya, tapi aku juga mau dapat buku itu buat mama yang nanti ulang tahun tanggal 22 :))) Aku harap, aku bisa menang dan dapat buku buat jadi hadiah mama.
    Semoga kita semua dapat hidup dalam cinta tanpa topeng :)
    Amiiin...
    "Cintailah dirimu sebelum kau mencintai orang lain"

    *PEACE

    ReplyDelete
  20. Nama : Nurina Widiani
    Twitter : @KendengPanali

    Tadinya saya mengenal cinta sebagai kenyamanan dan keamanan. Saya mendapatinya di diri orang tua dan suami saya.
    Hingga anak-anak saya lahir. Dari putra saya, saya temui cinta murninya. Saat ia menelusupkan tubuh mungilnya dalam pelukan saya saat merasa takut dan cemas, ia bukan hanya mencari kenyamanan dan keamanan dari saya. Ia mencari perlindungan. Dan saya mendapati hasrat kuat untuk mengalahkan naga dan monsternya untuk mengembalikan senyumnya.
    Saat ia bergayut di leher saya meminta dikisahkan sebuah dongeng ia mempercayai saya. Cintanya adalah kepercayaan. Percaya bahwa saya adalah tempatnya bertanya, tempatnya tumbuh, tempatnya berkembang, tempatnya menimba kebaikan dan budi pekerti. Percaya saya tidak akan mengkhianatinya dengan tindakan dan ucapan buruk.
    Putra sayalah yang memberi makna baru pada cinta. Bahwa saya belajar mencintainya dengan kesabaran dan kearifan.

    ReplyDelete
  21. Nama : Astria Dhima
    Twitter : @astria_dhima

    Seni mencintai aku artikan lebih ke menyayangi. Karena kata ini lebih luas ketimbang kata 'cinta' yang sering orang artikan sebagai hubungan antara dua sejoli. Menyayangi dalam kasus ini bisa ke orang tua, sahabat atau guru. Semua yang kita sayangi bisa dikategorikan dalam cinta ini. Lalu aku menemukan arti cinta pada sosok nenekku sendiri, yang harus berpulang ke rahmatullah satu tahun yang lalu. Satu arti cinta yang sampai saat ini masih membekas dan aku pegang. Bahwa cinta tak mengenal siapapun dan kapanpun. Bahkan cintanya tak menunggu balasanku. Saat ia berkata "Kamu bakalan balas budi ke aku nggak, nak?" yang aku artikan lebih ke "Kamu akan disampingku terus nggak?". Kata-kata ini aku pahami bukan sebagai permintaan, lebih ke sesuatu yang tulus emang dari hati. Kata-kata mungkin hanya simbol, tetapi segala hal yang ia lakukan untukku adalah wujud cintanya yang paling nyata. Satu hal yang sangat aku sesali dalam hidupku adalah disaat aku ingin mencoba berubah dan lebih baik, mungkin dalam merawat hal dan memberi kasih sayang, beliau telah dipanggil untuk pergi. Tak menyisakan waktu untukku bahkan satu detikpun. Aku masih ingat jabatan tangan kami, yang tak kusangka menjadi yang terakhir dalam hidupku. Bahkan saat beliau tidak ada cintaku paadanya bahkan lebih mantap dan kentara. Sehabis sholat tak lupa aku panjatkan al-fatihah, mungkin aku tak bisa membalasnya dengan sesuatu yang besar tapi aku yakin kalimat Allah SWT adalah sesuatu yang sangat ia butuhkan sekarang. Dan sekarang aku mulai sadar, bahwa cinta sejati adalah cinta yang dapat kau beri pada seseorang yang bahkan tak ada disampingmu. Tak penting apakah mereka merasakan cinta yang kau beri, kau hanya bertugas untuk mencinta dan membuat dirimu bahagia. Cinta hanya sesederhana itu. Dan aku memaknai cinta seperti itu. Aku sayang nenek :')

    ReplyDelete
  22. Nama: Ade Delina Putri
    Twitter: @adedelinaputri

    Saya punya dua pengalaman pahit. Dulu saya menyebutnya cinta. Tapi sekarang tidak.
    Pertama datang dari rasa suka saya pada seorang pria yang satu kantor dengan saya. Bedanya, kami ditempatkan secara terpisah. Saya di bagian gudang, beliau di kantor. Saya sudah menyukai beliau semenjak pertama kali saya diterima bekerja di sana. Suatu hari ada masalah yang mengharuskan saya harus intens bertemu dengan beliau. Otomatis saya jadi lebih sering ke kantor. Pertemuan intens itulah yang semakin menguatkan perasaan saya. Hingga akhirnya saya tahu bahwa beliau sudah beristri. Bodohnya, saya tidak lantas menyerah. Saya tetap menyukainya, hingga akhirnya beliau juga mengungkapkan bahwa beliau juga suka pada saya. Sejak itulah kami rutin berkomunikasi meski hanya via sms. Di kantor kami tetap seperti biasa. Setelah beberapa bulan berkomunikasi, istri beliau mengetahui sms-sms saya dengan beliau. Mulai saat itu, saya sadar bahwa saya sangat amat salah. Saya tidak ingin menyakiti istrinya. Maka saya memilih pergi begitu saja dari kehidupan beliau. Alhamdulillah. Bertepatan dengan saya pindah kerja.

    Pengalaman kedua ialah saya menyukai seorang pria yang belum pernah saya temui. Kami bertemu hanya via sms nyasar. Dari situ, komunikasi jadi semakin sering hingga akhirnya dia menembak saya via telepon. Tanpa pikir panjang saya terima begitu saja. Keluarga sama sekali tidak ada yang merestui. Sebab bagaimana mungkin saya menyukai terlebih mempercayai orang yang belum pernah saya temui sama sekali. Dan setiap kali kami ingin bertemu selalu saja ada halangan. Hingga dia pergi ke daerah seberang yang jauh dari Pulau Jawa. Benar saja. Dua bulan pacaran, kedok dia semua baru terbuka lewat seorang wanita yang mengaku pacarnya. Perih rasanya. Impian saya sudah besar pada dia. Tapi kemudian dicampakkan begitu saja.

    Dua pengalaman inilah yang akhirnya membuat pikiran saya tentang cinta terbuka. Dua pengalaman, dua cinta yang saya sadari dan menganggap buta. Saya hanya menuruti nafsu belaka. Padahal cinta tidak seperti itu. Sejak saat itu, saya lebih memilih untuk lebih memikirkan sebelum memutuskan apakah itu benar cinta atau hanya nafsu.

    Cinta itu menjaga, tergesa-gesa itu nafsu - Asma Nadia, Assalamualaikum Beijing

    ReplyDelete
  23. Nama: Asty Intan Pratiwi
    Twitter: @astyintanpw

    Cerita:
    Love your job, not your boss.
    Jadiiii, saya berusaha untuk bisa menerima kata-kata di atas. Berusaha membedakan cinta dalam hal ini.
    Karena, kadang saking udah nyamannya berada di suatu lingkungan kantor, kita jadi lupa bahwa mungkin ada hak dan kewajiban yang jomplang. Jangan sampai deh merugikan diri sendiri cuma karena kerja di kantor yang terkenal lah, terbaik lah, terbesar lah, tapi kalau di sana kebijakannya dirasa tidak menguntungkan, kenapa masih bertahan?

    Nggak bohong, kita sebagai cungpret (kacung kampret) yang gajinya pas-pasan juga sebenarnya udah muak (di)kerja(in) di perusahaan orang. Kadang sampai lembur sampai jam tiga pagi *tsurhat*, tapi hak yang kita dapatkan paling cuma sepersen dari kekayaan yang masuk ke perusahaan kan? Nah, setidaknya, walaupun kita gabisa jadi kaya raya mendadak, jangan sampai mau dirugikan sama kantor. Walau pun di sana kita udah nyaman banget, tim dan temen kantor udah kompak banget, tapi hidup kita nggak akan selamanya di dalam sana. Jadi dari sini saya berusaha belajar untuk loyal terhadap pekerjaan, tapi tidak loyal terhadap perusahaan. Sekian dan terima hadiah :')

    *kecup Kak Nia dan Kak Iyas*

    ReplyDelete
  24. Nama : Fee
    Twitter : themoblogger

    Ketika masih remaja ketika mengingat kata cinta pasti yang terbayang : orang pacaran, perayaan bertukar coklat, surat cinta di loker. Dan segepok memori2 berwarna pink.

    Semakin ke depan, banyak yang belajar, cinta itu manis, cinta itu pait, cinta itu.....gombal mukiyo, dsb. Karena selalu diidentikkan dengan yang diatas itu. Jujur jarang saja melihat personifikasi kata cinta itu berupa foto binatang kesayangan, si meong, si guguk.

    Kalau dengan orang tua atau kerabat? Mereka lebih identik dengan kata sayang.

    Lha, lalu apakah cinta selalu berkonotasi dengan perasaan2 terhadap lawan jenis?

    Kalau yang dimaksud itu. Seluruh orang di dunia juga bisa bilang cinta itu pedang bermata dua. Berapa banyak orang bunuh diri karena patah hati atas nama cinta. Berapa banyak yang bahkan saling membunuh, menyakiti, demi hal absurd tersebut.

    Jangankan antar pasangan, cinta pada orang tua saja banyak yang tidak berbalas, kok. Bukankah itu artinya dalam cinta harus ada yang menerima, bukan hanya memberi?

    Sebegitu rendahnyakah cinta?

    Kadang kita lupa saat terpuruk, kita masih bisa bernafas. Memiliki tubuh yang sehat. Atau saat sakit pun kita masih bisa mengingat dengan jelas semua kenang2an, dibanding dengan mereka yang terserang kepikunan.

    Saat hati dahaga karena tidak mendapat cinta sepadan yang diinginkan, kita kadang menutup mata, bahwa di luar dari si dambaan jiwa, kita masih mampu berdiri di atas bumi, untuk berpikir. Berpikir untuk apa semua ini terjadi. Berhargakah waktu kita yang habis atas kesia2an itu.

    Kita tidak melihat, seluruh hidup kita sebetulnya adalah bagian dari rasa cinta dari Pencipta.

    Ketika melihat bunga mawar kita tidak bisa melihat bagaimana baiknya Ia membuat hati kita senang dengan ciptaanNya yang menakjubkan. Alih2 kita menggantinya dengan perasaan2 palsu seperti ingat mawar ini kuingat dirimu sayanggg...*ceplok**ceplok*

    Padahal setiap hari kita merasakan cinta yang seasli-aslinya. Kita hidup.Kita berpikir. Kita bernafas.

    Cinta adalah rasa syukur kepada Pencipta. Bahwa kita diberi atau pernah diberi sebuah hidup. Dan Ia tidak butuh balasan. Cukuplah agar kita berpikir dan mengerti, untuk apa kita ada.

    ReplyDelete
  25. Nama : Tri Utami
    Twitter :@TriutamiLBS
    Cerita :

    Berbicara tentang cinta,,berbicara tentang cinta gak akan ada habis nya
    cinta tapi benci,cinta tapi malu,cinta tapi gak peduli,cinta gak di balas,
    cinta mati,cinta sejati dan masih banyak lagi..

    satu-satu nya cintaku di dunia adalah ibu,ibu pahlawanku selalu,sampai saat ini
    tak pernah sekalipun beliau mengeluh akan hidupnya,cinta bagi beliau adalah segala
    galanya,melibihi apapun yang ada di dunia ini,ibu seringkali mengajariku
    akan pentingnya berbagi,pentingnya saling menjaga dan pentingnya saling
    menyayangi.Namun,tak jarang aku melawannya,membohongi nya bahkan membentaknya.
    Ibu tak pernah marah,ia memiliki seribu maaf untuk anak nya,sesekali aku ingin
    memeluk nya,menciumnya dan meminta maaf pada nya,namun pada kenyataannya aku
    tak cukup berani melakukan itu.Setiap kali kulihat ibuku tertidur,ku pandangi
    lekat-lekat wajahnya,wajah itu,wajah yang setiap hari kelelahan karna banting tulang,
    wajah yang selalu menyapaku setiap kali aku bangun dari tidurku,wajah yang selalu
    hari dalam hari-hari.Tiap malam aku melihatnya tertidur dalam tubuh diam dan napas kelelahannya.
    Sudut-sudut wajahnya kini mulai dihiasi keriput seiring usia nya yang semakin bertambah,
    rambut hitam nya yang dulu tergerai indah kini mulai memutih di setiap helainya.

    Cinta ibu,,tak pernah aku membayangkan hidup tanpa cintamu,Ibu yang selalu ada untukku,
    mengisi hari-hariku,menjadi guruku,menjadi teman baikku,dan menjadi cinta sejatiku.
    Ibuku nomer satu,semoga Tuhan selalu menjaga dalam setiap langkah nya,aku cinta Ibu...

    ReplyDelete
  26. Nama: Dini
    Akun Twitter: @RezkaHardini
    Cerita:
    Saya adalah orang yang tergolong cuek dan sering menutup diri dari lingkungan sama seperti Ibu saya. Ibu saya tergolong orang yang cuek namun sebenarnya sayang dan peduli. Contohnya ketika saya sakit yang terlihat repot & khawatir adalah nenek saya. Setiap waktu selalu menengok saya, membuatkan saya teh hangat, mengecek keadaan saya. Sedangkan Ibu lebih hanya menengok dan bertanya keadaan saya, setelah itu pergi. Awalnya saya merasa Ibu saya tidak sayang pada saya. Ibu mengabaikan saya. Namun lambat laun ketika saya semakin dewasa, saya mulai menegrti itu adalah sebuah sikap yang muncul ketika Ibu mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. Suatu ketika, saya pernah merasa kasih sayang orangtua saya luntur. Bukan kasih sayang lagi yang tercurah, melainkan hanya materi. Hal itu saya alami ketika saya dinyatakan masuk perguruan tinggi negeri. Pada saat itu, Ayah saya juga naik jabatan. Dengan jabatan baru yang diembannya, ruang gerak Ayah terbatas. Saya adalah satu-satunya anak perempuan dari tiga bersaudara. Dulu, ketika kedua kakak laki-laki saya hendak mendaftar ke sekolah tinggi, Ayah saya rela mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk mengantar mereka sampai mereka semua diterima di sekolah tinggi. Sedangkan saya? Di antar pun tidak. Hanya diberi uang dan disuruh berangkat sendiri dengan teman saya ke luar kota. Saya sadar ini memang konsekuensi jabatan Ayah. Tapi rasa iri muncul di hati saya, mengapa kedua kakak laki-laki saya di antar sedangkan saya tidak? Ya, kala itu pikiran saya mulai tidak rasional. Beberapa minggu setelah daftar ulang saya di antar untuk mencari rumah kos. Saya sangat senang, karena saya akan segera pergi dari rumah yang sudah tidak dihiasi kasih sayang lagi. Beberapa hari menjelang kepindahanku ke luar kota, aku sangat senang karena aku sudah muak di rumah. Tidak ada lagi canda tawa dengan Ayah, karena setiap beliau pulang kerja beliau selalu lelah dan terlelap. Tidak ada lagi bercengkrama dengan Ibu yang kala itu tengah tenggelam dengan pekerjaannya. Hari yang saya tunggu tiba, saya berpindah. Saya tak sabar segera tiba di rumah kos. Kurang lebih tiga jam kami sampai. Ayah dan Ibu mengantar saya. Mereka membantu saya membawa barang-barang masuk ke kamar. Sebelum mereka meninggalkan saya, mereka mempercayakan saya pada Ibu kos. Saat itu lah hati saya mulai melunak, saya menangis. Tidak mungkin mereka tidak sayang dengan saya mereka masih peduli dengan “memasrahkan” saya kepada Ibu kos. Hari-hari yang saya lalui di kos terasa begitu lama. Entah mengapa, jarak yang kini membentang antara saya dan kedua orangtua saya membuat saya sadar, saya menyayangi mereka. Saya merindu. Hal yang membuat saya semakin sadar bahwa anggapan saya selama ini salah adalah ketika setiap satu bulan sekali saya pulang kampug, Ayah dan Ibu selalu menjemput saya. Menunggu saya dengan sabar di halte. Setiap kali saya kembali, Ayah selalu mengantar saya ke halte dan selalu berdiri di samping saya hingga bus yang saya tunggu datang. Tidak peduli beliau harus terlambat untuk bekerja. Mungkin ini cara beliau menebus apa yang tidak beliau berikan kepada sya, seperti yang beliau berikan pada kedua kakak saya. Ya, Ayah tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, kami dididik sama. Apa yang Ayah berikan kepada kakak-kakak saya diberikan pula pada saya. Di sini lah saya baru menyadari betapa Ayah sangat menyayangi saya, mencintai saya. Ayah selalu menjaga, melindungi, rela berkorban untuk saya. Sedangkan Ibu, setiap kali saya pulang, Ibu lebih sering menghabiskan waktu di dekat saya. Saling bercerita. Bahkan untuk menahan rindunya pada saya, Ibu menjahitkan baju untuk saya. Mungkin Ibu tidak mengungkapkannya secara gamblang, tapi aku tahu di balik jahitan-jahitan itu terselip cinta tulus Ibu untukku. Ayah dan Ibu, dua sosok yang memberikan cinta tulusnya pada saya. Dua sosok yang memiliki cara berbeda dalam menyampaikan cintanya. Dari mereka aku belajar cinta yang tulus tidak menuntut balas. Cinta adalah sebuah ketulusan, kerelaan berkorban, kepedulian dan kasih sayang.

    ReplyDelete
  27. Nama: Athaya
    Twitter: @jeruknipisanget
    cERIta:

    Aku mempelajari cinta yg sesungguhnya dari ibu. Wanita yg setia disisiku walau karirnya diambang kegalauan. Ia tulus mengurusi kami yg masih belum bisa berpijak sendiri. Membangkitkan kami dari rasa jatuh teramat sakit saat belajar berlari. Menemani saat rasa putus asa itu datang dan pergi bahkan dari keluarga sendiri.
    Ia selalu percaya akanku, akan semua keajaiban yg mungkin akan kami hasilkan dari tangan-tangan mungil ini. Dia mengajariku salah satu bumbu utama dari cinta adalah saling percaya. Ku merasa berbangga diri karna hanya ibu yg yakin dengan kemampuanku dan selalu percaya dengan perkataanku. disaat orang-orang disekitarku malah gencar meragukanku dan ingin ku mundur.
    Tapi ibu sudah menanamkan rasa percaya diriku dan membangkitkan semangat disaat kuingin melangkah mundur.
    "Kamu bisa! Ya, kamu bisa! Ibu percaya!"
    Cinta.
    Kau buatku percaya itu benar adanya walau tak bisa kukatakan dengan abjad. Tapi itu benar adanya.
    Cinta tak menuntut apapun. DEMOKRATIS tetapi sangat menyentuh. Melilit tetapi membikin rindu. Rindu akan kebersamaan. Selalu dibumbui kisah-kisah hebat karnanya.
    Ibu, dia sumber rasa cintaku. Matahari pagiku yang berharap aku kan menemukan cinta yang lain diluar sana. Yangtidak akan menuntut banyak dariku. Cinta yang akan menemaniku sepanjang umur. Disaat aku akan menemui ajal,cinta sejatiku akan berada disisi. Yang akan mlengkapi dengan hati dan mengisi hari-hariku yang sepi.

    Aku teringat satu pesan yg hingga kini masih ku gumamkan setiap saat.

    "Taburilah kehidupan dengan kasih sayang, bukan dengan intan pertama belaka. Jadikanlah dirimu berguna dengan segala cinta yg kau punya."

    ReplyDelete
  28. Rini Cipta Rahayu
    @rinicipta

    Cerita :
    Hukum I Newton

    Dari judulnya gue tau elo pasti ngebayangin kalo gue mencoba untuk menjadi guru fisika dan mencekoki elo semua biar elo benci sama salah satu mata pelajaran ini. Eiitttss! Elo salah besar, tulisan ini gue buat karena gue terinspirasi dari ujian praktek fisika yang gue jalanin tadi pagi di sekolah.

    Hari ini, gue menempuh ujian kimia dan TIK. Kimia berjalan santai kayak dipantai, kalo TIK cuma disuruh buat tugas. Jadi gue bisa lega dong? Ngga taunya ternyata jadwal di re-schedule, hari itu juga gue harus mengikuti ujian praktek fisika tanpa persiapan apapun. Panik! Gue sibuk nanya ke temen, nyari contekan dan minta kisi-kisi. Tapi untungnya teman gue pada baik trus ujian prakteknya juga berkelompok, setidaknya beban pikiran gue ngga sebanyak tadi ahhaha..

    Guru fisika gue yang humoris itu masuk kelas dan membagikan lembar kerja berisikan petunjuk dan beberapa pertanyaan. Apa yang dibilang temen gue ternyata bener, yang dijadikan bahan ujian adalah materi Hukum 1 Newton atau Kelembaman. Otak gue berusaha menemukan file fisika yang diajarin setaun yang lalu, tapi hasilnya? NIHIL. Ujung-ujungnya gue liat buku juga karena lupa :p

    Menurut teorinya Om Newton, kelembaman itu adalah sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaan yaitu keadaan tetap diam atau keadaan tetap bergerak beraturan. Tapi menurut teori gue, kelembaman itu adalah sifat mager alias males geraknya suatu benda, kalo dia udah terlanjur diam ya akan tetep diam. Nah, kalo udah terlanjur bergerak ya akan terus bergerak. Pertanyaannya adalah.. Elo lebih mudah memahami teorinya om Newton atau teori gue? Kalo jawabannya Om Newton, jelaslah karena dia emang ahlinya :D

    Tiba-tiba aja pikiran gue melanglang buana, ternyata hukum kelembaman ini juga terjadi dalam kehidupan manusia. Orang-orang cenderung mager dari zona nyamannya, gak mau menerima tantangan karena terlalu asyik dengan posisi yang menguntungkannya saat ini.

    Kalo dalam percintaan, hukum kelembaman ini dianut oleh kaum jomblo dan kaum player. Hukum I Newton menyebabkan yang jomblo susah move on dari masa lalunya karena masih dibayang-bayangi oleh sosok sang mantan, yang diam memilih untuk betah jomblo karena masih sayang sama yang dulu. Tapi kalo yang udah terlanjur bergerak akan terus berusaha untuk bermain-main, mencari
    dan gonta-ganti pasangan sampe nemu yang pas.

    Kembali ke ujian praktek gue ya! Gue menghadapi sebuah statif, di lengan statif ada benang jarit yang diberi beban sebuah balok kayu (bagian atasnya) dan di bagian bawah balok kayu juga dikasi benang jarit.

    Percobaan pertamanya adalah : Kalo benang bagian bawah ditarik dengan perlahan, benang mana yang bakal putus? Sedangkan percobaan keduanya adalah : Kalo benang bagian bawah ditarik dengan kecepatan tinggi, benang mana yang bakal putus? Kalo penasaran elo boleh nyobain sendiri!

    Setelah melakukan kedua percobaan itu akhirnya gue mendapatkan hasil. Percobaan pertamanya, yang putus adalah benang bagian atas sedangkan pada percobaan kedua, benang bagian bawah yang putus. Gue ngga akan jelasin kenapa hal itu bisa terjadi, tapi ada hal menarik yang dapat gue lihat dari percobaan ini. Dalam hubungan cinta (lagilagi) kalau memang ada masalah atau ketidakcocokan, cepat atau lambat pasti bakal putus juga. Sama seperti benang itu, kalo ditarik dengan pelan bagian atas yang akan putus tapi kalo ditarik dengan cepat bagian bawah yang akan putus.

    Semoga rangkuman pelajaran kehidupan, fisika dan cinta ini buat elo ngga membenci pelajaran fisika karena elo bisa dapetin pelajaran cinta yang sangat berharga dibalik Hukum I Newton ^^

    ReplyDelete
  29. vanisa desfriani
    @ishavanisa

    kamu tahu? cinta itu bukan hanya sekedar kata. Tapi tentang rasa. Tentang perasaan yang ada pada diri manusia. Kamu tahu? karena cinta aku menjadi makhluk paling egois. Karena aku ingin memilikimu. Cemburu saat kau bersama dengan orang lain.
    Bahkan aku. Jatuh cinta padamu.

    Terinspirasi dari film my love from the star

    ReplyDelete
  30. Assalamualaikum, perkenalkan :

    Nama saya : Elok Faiqotul
    Akun Twitter : @_elokfa

    Dan berikut adalah konsep cinta menurut saya ♥♥


    Menurut sy, cinta adalah sebuah kata yg fleksibel. Bisa bermakna begitu dalam bg yg menghargainya atau malah merupakan hal sepele bg mereka yg tdk mengerti atau tdk berterima kasih atas cinta yg mereka dpt dlm hidup.

    Cinta... tak melulu soal harta ataupun rasa, tapi juga tentang sikap dan komitmen !!

    Sikap saling berhargai, berjuang atau tekad untuk bersama adalah cinta yg nyata. Jika komitmen kita tak sekuat ucapan kita, maka buyarlah semua.

    Seperti pengalaman lalu saya :')

    Dahulu, sekitar tiga th yg lalu. Ada seorang laki2 cukup berada, bertato dan memiliki sejarah kelam tentang kehidupannya. Semua itu diketahui jelas oleh keluarga sy, krn sang pria adalh teman adik laki2 sy.

    Dia.... menyukai sy, mendekati sy dan kami saling jatuh cinta. Berat sekali jalan yg hrs km tempuh wktu itu, berkat Drama Korea (entah apa judulnya, kalau tdk salah "Twinkle Twinkle").

    Terinspirasi dari pemeran utama dalam drama tsb,sy yakin bhw sy bisa. Sulit memang tp harus. Dan sy berkata dlm hati, "sy tahu itu di tv. Tp sy bisa melakukannya didunia nyata. Sy bisa. dan pasti bisa."

    Sejak saat itu, sy bertekad utk melawan kenyataan dan berjuang mendpt restu dr ibu nya. Sedikit demi sedikit, perlahan demi perlahan. Kebersaam kami mulai diterima. Sesekali sy diajak bertemu dg ibunya. Meski acuh, sy yakin, pasti ad bertemuan yg lbh baik lg dr ini.

    Dan ternyata benar, dia memberi tahu sy bhw ayahnya memberi kita lampu hijau. Bahkan memberi kami rencana masa depan tanpa sepengetahuan ibunya. Dan ibunya, sedikit mulai membuka diri pd sy. Meski sebenarnya sy merasa sngt takut dan gugup. Sy berusaha postiv thinking.

    Alhamdulillah.... satu persatu tawa mulai terukur di wajah anggun ibunya, tatkala kami mengobrol dan bercerita. Padahal didalam hati.... sy begitu nervous.... gugup dan canggung. Tapi melihat senyum yg merekah menjadi tawa itu. Sy yakin, ini adal awal yg baik. Dan seperti yg trjadi dlm film, semua happy ending.

    Adik2 nya menyukai sy, ibunya mulai membuka diri untuk sy, dan ayahnya.... pendiam memang, tp sy tahu, beliau orang yg baik.

    Itulah cinta versi sy. Menurut pepatah (pepatah atau kata2 mutiara ya) "cinta yg ditetesi oleh air mata adl cinta yg abadi", kira2 seperti itu ^^

    Dan kalian semua, film, drama, buku atau kenyataan sekalipun, bisa kita ubah, semampu kita, sebaik yg kita pinta pada Yang Maha Esa :)

    Terus berjuang dan jaga cinta kalian ツ

    ReplyDelete
  31. Arfina T. Dewi
    twt : @ipinkaramel

    saya ngga tau arti cinta secara harfiah itu apa karena maknanya bisa sangat luas sekali. tapi yang saya yakini bahwa cinta itu suatu rasa hubungan timbal balik, saling menguntungkan. Seperti mama saya, lisan dan jiwanya bilang bahwa dia cinta kepada saya, menyayangi saya. Keluarga saya bukan keluarga papan atas, kami berkecukupan, tapi itu tak selamanya, ada saatnya saat saya sedang memerlukan sesuatu, dengan sigap ibu saya yang entah mencari sesuatu itu ke mana dengan niatan untuk membantu saya. Enggak tau kenapa, kalau seorang ibu membantu anaknya, pasti ada saja ya jalannya, dan itu yang saya yakini sebagai cinta.

    ReplyDelete
  32. Nama: dhila
    Twitter: @dhilayaumil

    Hmmm... sebenarnya sejak GA ini dimulai, saya sudah punya niat untuk ikutan. Hanya saja, saya tidak punya ide apapun untuk dituliskan. Saya ingin menceritakan betapa besar cinta kepada Ibu dan Ayah saya, tapi saya takut tak bisa berhenti menuliskannya. Saya mau menceritakan tentang konsep cinta manusia dengan Tuhan, tapi 'da aku mah apa atuh'. Saya cuma tahu Tuhan begitu cinta dengan saya--dan kamu, tapi tak bisa mendefinisikan cinta seperti apa yang patut saya berikan kepada Tuhan.

    Sampai kemarin.

    Saya justru belajar bentuk cinta yang lain--selain kepada orang tua dan Tuhan, dari seorang anak kecil berumur empat tahun.

    Namanya Rakha. Dia adik saya yang paling kecil. Saya justru belajar bentuk cinta yang lain dari anak kecil yang bahkan untuk mengeja kata c-i-n-t-a saja belum bisa.

    Umur saya dan Rakha terpaut sangat jauh. Nyaris 19 tahun. Saya tak akan heran jika saat berjalan-jalan dengan Rakha, orang-orang mengira kalau dia anak saya. :p
    Sebab sejak dia lahir, selain ibu, tanpa sadar saya menjelma menjadi 'ibu yang lain' untuk Rakha. Saat bayi, sayalah yang lebih sering terbangun tengah malam untuk menemaninya sampai ia tertidur kembali. Untuk urusan-urusan selain menyusui, saya mengambil porsi nyaris sama dengan ibu--meskipun malaikat juga tahu Ibu yang jadi juaranya.

    Tanpa sadar saya dan Rakha menjalin kedekatan yang lebih besar dibanding 3 orang saudara saya yang lain. Saya justru baru sadar betapa saya sangat mencintai adik saya ini beberapa waktu belakangan. Saya baru sadar betapa pedulinya bocah kecil ini pada saya, bahkan saat dia tak tahu apa-apa tentang kehidupan.

    Darinya saya belajar tentang apa itu 'mencintai dengan tulus'.

    Saya ingat, sejak beberapa bulan lalu--tepatnya saat saya sudah benar-benar pulang ke rumah, Rakha semakin sering menemani saya. Dia bahkan pindah tidur ke kamar saya. Selain untuk merecoki saya dari pekerjaan mahasiswa yang nyaris DO--skripsian--dan hobi membaca buku dan nontin film korea, Rakha juga menjadi alasan saya berhenti menangis diam-diam di kamar. Hahaha.

    Sebab saya pernah kedapatan menangis olehnya.

    Dan apa yang bocah empat tahun akan katakan saat melihat orang terdekatnya menangis?

    "Kenapa menangis? Siapa yang bikin nangis? Jangan nangis...."

    Tak hanya itu. Saat melihat adik saya yang SD sakit, Rakha yang biasanya rutin menjadi partner berantemnya, ikut-ikutan menjaga adik saya yang satunya itu. Bahkan dia menyuruh satu rumah untuk bantu mendoakan ketika dirinya sendiri sedang sakit.

    Well, saya belajar arti cinta yang sebenar-benarnya justru dari anak kecil.
    Cinta tanpa pamrih seperti Ibu dan Ayah berikan kepada saya dan saudara-saudara saya.
    Cinta tulus yang diberikan ibu-ibu dan ayah-ayah luar biasa di luar sana.

    Saat dia sendiri belum tahu apa yang hidup berikan untuknya.
    Saat dia sendiri belum tahu cara mengeja huruf ce-i-en-te-a...

    Dia justru sudah melakukannya dari sekarang. ♥

    ReplyDelete
  33. Nama : Rina Eko Wati
    Akun twitter : @HikariMio
    Cerita : Kisah pelajaran hidup yang akan saya ceritakan ini terinspirasi dari film berjudul 'A Long Visit'. Film produksi negara Korea Selatan yang mampu membuat saya dan teman-teman saya (kala itu kami menonton film ini bersama-sama) menangis bersama. Parahnya lagi saat menonton film itu saya sedang di luar kota (jauh dari keluarga, terutama ibu) karena tengah melakukan PRAKERIN. Alhasil rasa rindu saya terhadap ibu bertambah besar.

    “Tidak ada yang lebih berharga daripada seorang anak. Tidak ada orang tua yang rela anaknya menderita.” — A Long Visit

    Dari kutipan di atas, sudah jelas bahwa ibu, dimanapun berada dan di seluruh dunia ini tidak akan rela anaknya menderita. Dia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya, walaupun dia sendiri harus rela merendahkan diri. Sama seperti yang diceritakan dalam film A Long Visit.

    Dan ini adalah salah satu film yang membuat saya tidak henti-hentinya meneteskan airmata untuk kesekian kalinya karena cerita dalam film ini. Siapa kira-kira yang tidak akan menangis ketika menonton sebuah film yang bercerita tentang ibu! Apalagi seorang ibu yang berjuang keras demi kebahagiaan anaknya!

    “Kapanpun aku sedang susah, ibu selalu menghiburku. Jika aku menangis, ibu menangis lebih dariku. Saat aku sedang sedih, hatinya pasti ikut sedih. Itulah seorang ibu.” — A Long Visit

    Dari film ini saya banyak mengambil pelajaran. Bagaimana kita hidup tanpa ibu, betapa besarnya pengorbanan seorang ibu, sampai mereka rela walau harus masuk neraka demi anaknya. Menjaga kita dan berusaha membahagiakan kita bagaimanapun caranya. Dan betapa menderitanya seorang ibu saat anak yang disayanginya harus meninggalkannya, selamanya. Sungguh kasih ibu tiada batasnya. Dan dari film ini saya menyadari satu hal : seorang ibu tidak pernah meminta balas apapun dari anaknya, hanya bisa melihat anaknya bahagia atau anaknya bisa selalu disisinya sudah membuatnya bahagia.

    “Ibu akan melakukan apa saja meski harus ke ujung dunia.” — A Long Visit

    ReplyDelete
  34. Nama : ian
    Twitter : @sayah_ian

    Berhubung ndak bisa lewat laptop, sayah mesti ngetik ulang lgi semuanya.. hmmm..

    Begini ceritanya,.
    Bicara tentang cinta itu ga akan pernah ada abisnya, ga pernah aus oleh jaman, dan topik yang ndak akan ada lelahnya untuk dibahas. bagi sayah, cinta itu rumit, tak terdefinisikan kata-kata, cinta adalah cinta, dengan banyak bentuk dan makna.
    Yang paling sayah mengerti itu cinta satu paket sama yang namanya sakit, ga ada yang mencintai atau dicintai tanpa menyakiti ataupun disakiti, sekecil apapun, sebesar apapun. Yah emank realitanya sakit itu porsinya selalu lebih besar, ntah sakit diselingkuhin, sakit dibohongin atau sakit ditikung temen sendiri bahkan sakit ditinggal kawin. Tapi tetep aja meski tinggal secuil, selalu ada maaf, karna apa? Jawabnya adaaaa di ujung langitt, kita kesana dengan seorang anakk, anak yg tangkas dan juga pemberaniiiii.. eh maaf, itu lagu dragon ball..
    Jawabnya karna masih cinta, maka selalu ada maaf. Dan oleh karna itu, yang pertama akan sayah ceritain adalah tentang cinta orang tua, cinta yang selalu memberi, dan memaafkan, yang tulus tak berharap balasan walau tak menolak sedikit perhatian di saat mereka butuhkan.

    Dimulai dari periode setelah lulus sma dan sayah mulai merasakan pengalaman kerja. Dengan kebodohan sayah sendiri, dan dimanfaatkan dengan baik oleh orang lain, sayah ditertawakan oleh hidup (baca: dapet masalah) mula-mula hanya senyum simpul, tapi lama kelamaan tertawa lebar. Untuk kisah detailnya, yah dua wanita dermawan penyedia buku gratis sudah cukup tahu.
    Dengan kondisi keluarga yang tergolong menengah ke bawah, dan karakter sikap dan sifat sayah yg tergolong biasa mendem semuanya sendiri, semula sayah coba mengatasi semuanya sendiri dan ternyata gagal dengan dua kali sayah hampir menyerah total sama hidup. Ga kuat diketawain.
    Terakhir, orang tua kah yang jadi tumpuan sayah, meski sayah tahu beban diketawain hidup ini sangatlah berat, tapi sayah coba.. Dengan memakai tradisi meminta maaf sayah memulai menceritakan semuanya, tentang hidup yang semakin lama ketawanya makin kenceng. Mama nangis, dan dia bilang dia udah ngerasa ndak beres tentang sayah sudah sejak lama, cuman tiap sayah ditanya, selalu jawabnya, sayah ndak apa apa dan semua baik-baik sajah. Sedangkan papa cuman diam.
    Sakitnya tuh disini *nunjuk* karna sayah, yang tadinya harusnya udah bisa ngeringankan beban orang tua, eh malah nambah bebannya aja, sayah merasa gagal sebagai anak.
    Mereka terus bersikap seperti biasa lagi, meski di malem hari, di mana insomnia merajalela, percakapan mereka dapat dengan jelas sayah dengar dan makin ngebuat miris hati..

    Tak lama, hidup ndak ngetawain sayah lagi, dan orang tua pun berpesan, jangan lagi seperti ini, tak semuanya bisa dipendam sendiri. Semua selesai dan hidup pun mulai kalem lagi.

    Cinta orang tua benar adanya takkan pernah bisa dibalas anak-anaknya, dan saat itu benar2 sayah mengerti, itu pasti.

    ReplyDelete
  35. Nama : ian
    Twitter : @sayah_ian


    (Lanjutan)
    Ok itu tadi dari sudut pandang yang dicintai orang tua. Sekarang sayah sendiri sudah menjadi orang tua dari dua putri manis dan cantik..

    Sayah telah menjadi ayah, seorang kepala keluarga dengan tampang masih anak sma.. pernah merasakan masa kecil yang mungkin tidak sebahagia anak anak orang kaya, tapi dengan segala kekurangannya mereka masih tetap berupaya memanjakan kami,. Seperti itulah yang sayah rasakan sekarang.
    Mempersiapkan segala sesuatu, merencanakan sesuatu untuk masa depan mereka, berupaya untuk memberikan yang terbaik untuk anak sendiri..
    Sebagai ayah sayah baru nyadar, dan merasakan gimana menghadapi kebandelan anak, dan tak ayal sering kesal, sebagai mana dulu sayah ndak perduli karna di pihak anak, sekarang di posisi ayah, sayah berasa kena karma.

    Hahahahhahaha tapi bagaimanapun juga sayah tetap mencintai mereka, dan semua untuk demi melihat senyum dan tawa lepas mereka.
    Kalau tidak keberatan, karena sayah susah untuk mengcopas link karena komen via hp, bisa digoogle lagu i loved her first.
    Lagu itu tentang seorang ayah yang melepas anaknya yang akan menikah.. tolong didengarkan, dan sebagai seorang ayah sayah merasa lirik itu pas banget..

    Hehhehehe, semoga sayah mampu mencintai anak sayah lebih dari orang tua sayah mencintai sayah dan semoga sayah bisa jadi ayah yang dibanggakan mereka.. sekian dari sayah untuk cerita yang terlalu punya banyak makna..

    Sebagai penutup, ini pesan mama menjelang pernikahan sayah " omelan mama dulu dari lahir sampe kemaren itu untuk kebaikan kamu, sekarang kamu uda mau berkeluarga, cintai istrimu dan juga anak-anakmu nanti, selalu beri maaf untuk kesalahan apapun yang mereka perbuat, cintai mereka sampai nanti kamu terbaring damai, danjika hidup kembali menertawai kamu, pastikan mereka tak tahu, karena itu tanggung jawabmu. Bahagiakan mereka dan cukupi kebutuhan mereka."

    kira2 seperti itu pesan mama..


    Terima kasih.

    ReplyDelete