expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Wednesday 1 October 2014

[Monthly Giveaways] #MGANia Oktober 2014 : Dari Perempuan untuk Perempuan - Updated



Hola!

Sebelumnya, saya ingin memberitahukan bahwa #MGANia edisi Oktober 2014 agak "pilih kasih" ya, mhehe~

Sesuai dengan judul di atas, giveaway kali ini bertema "perempuan" dan dengan sengaja saya berikan khusus kepada perempuan Indonesia.

Tema ini saya pilih bukan tanpa alasan. Saya ingin mengajak kalian untuk berbagi cerita tentang penulis-penulis perempuan, khususnya para penulis yang merupakan perempuan lokal Indonesia, yang karya-karyanya memiliki catatan khusus bagi kita. Bisa karena karya-karyanya berperan signifikan di dalam kehidupan kita, atau karena ada ingatan spesial yang berdampak khusus bagi kita. 

Kalian bebas bercerita tentang tulisan karya siapapun, selama penulisnya adalah perempuan Indonesia. Kalian juga bebas bercerita tentang tulisan fiksi maupun non-fiksi. Kalian ingin fokus bercerita tentang penulisnya dan beercerita tentang alasan mengapa penulis tersebut kalian anggap sebagai penulis perempuan Indonesia yang memiliki peran penting bagi kalian, ini juga diperbolehkan.

Buku-buku yang akan saya bagikan kali ini juga terkait karya fiksi dari dua orang penulis perempuan, yang karya-karyanya memberikan dampak-dampak khusus di dalam hidup saya. 

Penasaran?

Penulis pertama yang saya ceritakan adalah Nh Dini. Karya pertama dari Nh Dini yang pertama kali saya baca adalah Namaku Hiroko. Nh Dini merupakan penulis perempuan Indonesia pertama yang karya-karya fiksinya sangat saya sukai dan Namaku Hiroko benar-benar membuat saya jatuh cinta dengan karya-karya Nh Dini sehingga saya niat untuk mengulik karya lainnya walaupun harus dengan cara meminjam tanpa malu.

Saya lupa persisnya kapan "menemukan" Namaku Hiroko di perpustakaan sekolah, mungkin SMP atau SMA, yang jelas buku ini mengenalkan saya dengan konsep feminisme dan kemandirian perempuan untuk pertama kalinya. Maksud saya, konsep feminisme dan kemandirian melalui buku fiksi ya. Karya-karya Nh Dini sangat berbeda dengan karya-karya seperti karya penulis perempuan lainnya, terutama yang karyanya saya baca lebih awal dibandingkan Nh Dini. Misalnya, Mira W dan gank-nya, yang sebenarnya sudah saya baca sejak SD.

Tokoh perempuan di dalam Namaku Hiroko terasa lebih memiliki "power" walaupun pembaca mungkin menganggapnya mengambil langkah yang "salah" di beberapa narasi. Tidak seperti tokoh-tokoh perempuan di novel Mira W and the gank yang terasa lebih menye-menye. Namaku Hiroko sangat mengingatkan saya pada kisah Oshin, yang kisahnya menjadi "sapaan wajib" di TVRI dulu; sama-sama mengisahkan perempuan yang "jatuh-bangun" berusaha untuk struggle dalam menjalani hidup dengan cara masing-masing. Mau dianggap benar atau salah, mau berhasil atau gagal, yang penting berusaha. Begitulah yang saya tangkap saat membaca Namaku Hiroko, dan saya jadi membayangkan bahwa mungkin Nh Dini juga orang dengan karakter serupa sehingga saya langsung saja mentasbihkan diri sebagai penikmat karya-karya Nh Dini sekaligus fans Nh Dini secara personal. Bahkan, para penulis perempuan Indonesia yang bergelut di dunia fiksi dan sastra yang seangkatan dengan Nh Dini apalagi yang "hidup" sebagai penulis sastra modern, saya anggap sebagai followers Nh Dini semua, terutama yang mengangkat tema-tema serupa. Saya tidak peduli jika dianggap subjektif, hahaha.

Pengalaman membaca memang merupakan pengalaman personal, kan? Hihi.

Dari semua karya Nh Dini yang pernah saya baca, jelas sekali bahwa Namaku Hiroko merupakan karyanya yang paling memorable dan mengubah beberapa sudut pandang saya terkait perempuan dan masalah kemandirian perempuan, yang di kemudian hari saya kenal sebagai feminisme ketika saya sudah lebih paham dengan konsep ini.

Penulis kedua adalah Okky Madasari. Mungkin beberapa fans dari penulis perempuan tertentu akan banyak yang protes kalau saya lebih memilih memasukkan nama ini, hahaha. Biarlah...

Saya anggap Okky Madasari dan karya-karyanya cukup spesial bagi saya karena terkait dengan pengalaman saya sekitar tahun 2007-2012. Saat itu saya sudah berkenalan dengan banyak sekali penulis perempuan di era modern Indonesia. Sebut saja Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Dee, Fira Basuki, dan lainnya. Belum lagi dengan penulis-penulis yang bergelut di genre yang lebih Islami, seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Pipiet Senja, dan sederet nama yang banyak menelurkan karya mereka dulu melalui Lingkar Pena Publishing House (LPPH). Bahkan beberapa Mbak di kos Depok merupakan editor dan juga penulis-penulis dari LPPH. Beberapa kali pula saya diberikan buku-buku mereka secara gratis ketika LPPH menerbitkan buku-buku baru. Pernah juga beberapa kali saya diajak ke LPPH juga, sekaligus mampir ke Rumah Cahaya di Depok Tengah dulu.

Ketika berada di LPPH, saya bisa berpuas-puas diri mengintip buku-buku terbaru yang baru diterbitkan. Sementara di Rumah Cahaya (konsepnya seperti Rumah Baca), saya bisa berpuas diri meminjam buku-buku koleksinya untuk dibaca di tempat atau dibaca di kos Depok. Salah satu personal project untuk salah satu mata kuliah saya ketika S1 dulu bahkan harus berterima kasih dengan Rumah Cahaya karena saya mendapatkan banyak materi penunjang dalam membuat kurikulum dan silabus Sains berkat diperbolehkannya saya meminjam banyaaaaak sekali buku-buku Sains atau ensiklopedia Sains (beserta buku-buku percobaan Sains lainnya) di sana.

Hanya saja...

Begitu periode tahun 2007-2012, puncak-puncaknya di tahun 2009-2012, saya merasa benar-benar "muak" dalam membaca karya lokal. Baik dari penulis-penulis yang saya sukai karya-karyanya, apalagi dari penulis-penulis yang saya tidak familiar. Alasannya karena saya sudah sedemikian "jijik" karena buku-buku lokal saat itu saya anggap "begitu-begitu saja", beberapa saya anggap luar biasa "menjijikkan"-nya. Mulai dari genre  yang begitu-begitu saja, layout yang begitu-begitulah, cerita yang stuck berpola seperti itu, hingga tidak ada "manfaat" yang saya rasakan ketika membacanya. Salah satu penerbit sampai saya blacklist saking eneg-nya untuk membaca buku-buku yang diterbitkan oleh mereka, sebelum kemudian saya dengar bahwa penerbit tersebut sudah "insyaf" dan menerbitkan buku-buku yang jauh lebih berkualitas dari penulis-penulis yang juga kualitasnya cukup baik. Sepanjang tahun-tahun tersebut, aya nyaris berhenti membeli buku lokal, baik itu dari penulis laki-laki maupun perempuan. Saya memilih untuk membelanjakan uang saya untuk membeli textbook Psikologi yang sudah jelas kualitasnya. Apalagi, 95% textbook yang saya beli (atau copy) merupakan buku-buku import karena dosen-dosen saya jarang memperbolehkan mahasiswanya menjadikan textbook terjemahan atau buku lokal sebagai referensi. Buku import dan jurnal-jurnal dari penelitian terkini di luar negeri merupakan harga mati karena lebih up-to-date, hahahaha. Mahal pulak! Tetapi bagi saya saat itu, lebih baik saya "menghamburkan" uang untuk mengadopsi textbook yang jelas level keren dan bermanfaatnya, dari pada mengadopsi buku lokal yang tidak jelas kualitasnya.

Sampai kemudian, salah satu anak galau di tim Klub Buku Bandung bernama Rakhmad "memaksa" saya untuk membaca Entrok, novel pertama karya Okky Madasari. Novel yang menurutnya "tidak biasa" dan mengusung isu-isu yang saya concern pula. Katanya saya harus mencoba membaca buku tersebut, serta saya juga "wajib" mengkritisinya dengan menggunakan latar belakang saya sebagai Sepikoloh tukang sepik dan pembaca yang sudah menolak membaca buku lokal, hahaha. Dari sekian "daftar" buku-buku penulis yang disodorkan kepada saya oleh beberapa teman yang beberapa kali juga kena "semprot" saya karena "memaksa" saya untuk "kembali" mau membaca buku-buku lokal, Okky Madasari merupakan penulis perempuan Indonesia yang pertama kali membuat saya mau kembali membaca karya penulis-penulis Indonesia -- termasuk membaca karya penulis perempuan yang karya-karyanya sudah pernah saya cicipi maupun yang belum pernah saya intip saat itu.

Entrok bukan merupakan buku yang memuaskan, novel ini berakhir saya caci-maki hahaha. Dibandingkan dengan karya-karya Nh Dini, karya-karya Okky Madasari bukan tandingannya bagi saya. Tetapi, keberadaan Entrok sangat memorable, bahkan bila dibandingkan dengan karya Nh Dini selain yang berjudul Namaku Hiroko. Ada kenangan khususnya. Jadi, Entrok karya Okky Madasari selamanya akan memberikan kesan spesial bagi saya. Selain karena alasan Entrok menjadi salah satu penanda kembalinya saya untuk membaca buku lokal di akhir tahun 2012 dulu, terutama karya perempuan-perempuan Indonesia, Entrok juga menjadi "pembuka" jalan saya dalam berkenalan dengan karya-karya Okky Madasari lainnya serta berkenalan secara langsung pula dengan Okky Madasari melalui event di Klub Buku Bandung.

Terus terang, perkenalan dengan Okky Madasari melalui Entrok membuat saya merasa deja vu. Setelah membaca Entrok, saya sampai berburu buku Okky Madasari lainnya dan akhirnya menemukan 86 dan Maryam. Terakhir, bertepatan dengan momen Okky Madasari menjadi pemateri di Klub Buku Bandung, saya berkenalan dengan karya paling gress-nya yang berjudul Pasung Jiwa.

Dari semua karya Okky Madasari, selain Entrok yang berkesan dengan alasan-alasan yang sudah saya ceritakan di atas, Maryam merupakan karya Okky Madasari yang saya anggap terbaik dibandingkan tiga lainnya. Cover-nya juga yang paling saya suka! Dan dapat bonus CD juga! Hahaha. Selain itu, dari kualitas dan proses eksekusi jalan cerita, Maryam juga menempati posisi tertinggi bagi saya dibandingkan Pasung Jiwa, Entrok, apalagi 86.

Berdasarkan narasi saya inilah, #MGANia edisi Oktober 2014 akan berhadian buku-buku karya Nh Dini dan Okky Madasari. 

Yuk, disimak bersama ketentuannya di bawah ini.

***

#MGANia

Tema
Dari Perempuan Indonesia untuk Perempuan Indonesia.

Buku-buku yang diberikan oleh saya, perempuan Indonesia, merupakan karya-karya dari penulis yang juga menjadi bagian dari perempuan Indonesia, serta diperuntukkan bagi kalian wahai perempuan-perempuan Indonesia.

Saya ajak kalian, para perempuan Indonesia, untuk menceritakan pengalaman kalian terkait penulis perempuan Indonesia atau buku-buku karya penulis perempuan Indonesia, yang memiliki kesan khusus bagi kalian. 

Tuliskan jawaban kalian di kolom komentar yang berada di bawah. Jangan lupa untuk menyimak ketentuannya, ya. 


Peraturan Umum
  1. Peserta adalah perempuan WNI yang tinggal di manapun di seluruh dunia, asalkan alamat pengiriman merupakan alamat di Indonesia.
  2. Peserta terbuka untuk semua peremuan WNI, yang berasal dari semua kalangan serta segala jenis usia dan profesi.
  3. Lomba dimulai sejak tanggal 1 Oktober dan berakhir tanggal 30 Oktober 2014 pukul 23.59 WIB.
  4. Setiap peserta hanya diperbolehkan untuk berkomentar sebanyak satu kali. 


Peraturan Khusus
  1. Peserta harus memiliki akun twitter.
  2. Peserta WAJIB follow akun twitter saya @niafajriyani.
  3. Peserta wajib mempublikasikan informasi mengenai #MGANia edisi Oktober 2014 di twitter. Lihat ketentuan posting di twitter.

Hadiah
Hadiah yang saya siapkan kali ini sebenarnya lebih saya peruntukkan bagi para peserta yang belum berkenalan dengan kedua penulis yang namanya saya sebutkan di postingan kali ini. Tetapi, tetap terbuka bagi peserta lainnya yang mungkin sudah mengenal karya lainnya dari Nh Dini dan Okky Madasari tetapi belum memiliki buku-buku yang saya jadikan hadiah #MGANia Oktober 2014.

Ada 3 buah buku yang sudah saya siapkan untuk tiga orang pemenang nanti, yaitu:
  1. Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang karya Nh Dini. Tadinya saya berharap bisa menemukan novel Namaku Hiroko sehingga lebih sesuai dengan cerita saya di atas. Tapi, apa daya. Saya mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi penjualan buku ini sekarang. Buku Namaku Hiroko milik saya pun sudah acakadut wujudnya dan berhasil saya adopsi setelah menemukan buku tersebut di salah satu lapak buku bekas yang saya jelajahi dulu.
  2. Entrok karya Okky Madasari. Alasannya, tentu saja, karena inilah karya pertama dari Okky Madasari.
  3. Maryam karya Okky Madasari. Bagi yang belum tahu, novel Maryam merupakan pemenang Anugerah Sastra Khatulistiwa atau lebih dikenal dengan nama Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2012.

Sebenarnya ada buku lain yang ingin saya berikan, tetapi sampai sekarang belum saya temukan bukunya. Semoga sebelum periode #MGANia Oktober ini berakhir, saya sudah bisa mendapatkan bukunya sehingga hadiah bisa saya tambahkan. Kalaupun tidak ditemukan, saya sudah menyiapkan buku lain untuk 1 orang pemenang tambahan.


Ketentuan Menuliskan Komentar di Kolom Komentar
Ikuti format berikut ini dalam menuliskan komentar kalian sebagai peserta #MGANia edisi Oktober 2014:

Nama (tuliskan nama lengkap)
Akun Twitter
Nama Penulis perempuan Indonesia yang dianggap paling berkesan.
Judul Buku paling memorable dari penulis perempuan Indonesia yang dimaksud.
Alasan menganggap buku tersebut paling memorable atau berkesan. 

Jangan lupa cantumkan apakah kalian sudah memiliki buku-buku yang saya sebutkan sebagai hadiah di atas. Jika sudah, sebutkan buku mana saja yang sudah kalian miliki. Jika belum, bagian ini dibiarkan saja.

Tidak ada batasan jumlah karakter dalam memberikan komentar. Hanya saja, tolong gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar supaya tulisan kalian lebih enak ketika dibaca... ^^


Ketentuan Posting di Twitter
Postingan kamu harus mengikuti format yang saya tentukan, yaitu:

Saya mengikuti #MGANia @niafajriyani [link info #MGANia Oktober 2014 : Dari Perempuan untuk Perempuan] 

Contoh
Saya mengikuti #MGANia @niafajriyani http://kata-nia.blogspot.com/2014/10/MGANia-Oct2014.html

Ingat ya, URL yang dicantumkan di postingan twitter adalah URL postingan saya terkait #MGANia ini.

***

Lomba ini diadakan selama satu bulan, terhitung tanggal 1 - 30 Oktober 2014 pukul 23.59 WIB. Masih ada banyak waktu untuk mengikuti perlombaan ini.

Pemenang akan diumumkan melalui blog saya yang ini serta dipublikasikan juga di akun twitter saya @niafajriyani pada tanggal 31 Oktober 2014 pukul 21.00 WIB.

Saya akan memilih 3 orang pemenang, yang ditentukan berdasarkan penilaian saya sendiri dengan dibantu oleh beberapa orang teman saya. Keputusan akhir tidak dapat diganggu gugat.

Tunggu apalagi?

Ayo segera ikuti lomba ini sekarang juga!

\(^o^)/



PEMENANG
  1. Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang karya Nh Dini dimenangkan oleh @lathifahsan
  2. Entrok karya Okky Madasari dimenangkan oleh @heppiemovic
  3. Maryam karya Okky Madasari dimenangkan oleh @chayurissa



Have a blessed day!






Media Partner

https://twitter.com/Warung_Blogger

36 comments:

  1. Periode GA "1 Oktober sampai 30 September 2014", Mbak? Maksudnya, 30 Oktober mungkin, ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hola, Phie! :)

      Iya, salah ketik info. Makasih untuk koreksinya ya ^^

      Yang benar, periode #MGANia kali ini dari tanggal 1-20 Oktober 2014...

      Delete
  2. saya juga fans berat Nh. Dini mbak..pertama kali baca yg judulnya Sekayu, sebuah lorong di kotaku..di perpustakaan SMP
    kayaknya sebagian besar karya Nh. Dini itu pengalaman pribadinya ya..terakhir sy baca le grande borne dan Argenteul (eh, bener gak sih nulisnya)
    le grande borne ttg kehidupan dini dan keluarga di prancis
    dan argenteuil ttg perceraian dini dg suaminya, Yves Coffin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaahh!! Bertemu lagi dengan sesama penggemar karya-karya Nh Dini *salim*

      Delete
  3. ikutan GA nya mba nia...
    nama: siti latifah
    twitter: @lathifahsan
    Penulis Perempuan Indonesia yg paling berkesa: Nh Dini
    Judul buku: sebuah lorong dikotaku

    bukan bermaksud ikut-ikutan sohibul giveaway, tapi nyatanya Nh. Dini lah pengarang perempuan Indonesia yg membuat saya (waktu SMP) membaca bukunya sampai habis, mencari judul buku karya Nh. Dini yg lain, akhirnya sy bisa baca sekayu dan Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko dan Keberangkatan. Lama-lama saya merasa buku2 dini bercerita ttg kehidupan pribadinya, masa kecilnya, saudara2nya, lalu menjadi pramugari lalu menikah dg Yves Coffin. membaca karya Nh dini membuat saya ingin memiliki "buku perjalanan hidup" dimana saya bisa menulis pengalaman hidup saya dr kecil secara runtut dan detail. dan mulai SMP pula saya menulis dg buku diary, mulai suka pelajaran mengarang, kebiasaan ini berlanjut hingga kuliah dan setelah menikah, diary jd tak tersentuh...gak sempet :D
    Beberapa minggu lalu saat mengantar anak pinjam buku di perpusda wonosobo, saya mendapati 2 buku Nh. dini, yaitu Le grande borne dan arganteuill...yah, meski suka karyanya tetapi ada beberapa yg saya kurang cocok dg pemikiran dini, yah apapun itu, meski ada yg gak puas di hati tapi tetep baca bukunya sampe habis...:D
    kelebihan karya Nh. Dini, menurut saya
    selain Nh. Dini, sekarang banyak penulisannya runtut, detail dan teliti. Misalnya di Le grande borne, Dini menggambarkan bagaimana mereka sekeluarga pindah disana, letak rumah mereka, isi rumah, tetangga, jalan-jalan yang ada disekitarnya, juga ceritanya runtut, sehingga kadang terkait dg cerita di buku dg judul yg berbeda. dini juga menggambarkan karakter okoh dg detail termasuk kehidpan di negara yg ia tinggali beserta pemikiran2 nya.
    penulis perempuan indonesia yg karyanya bermutu, sy suka karyanya helvy tiana rosa, asma nadia dan hanum salsabila rais.


    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat Mbak. Menurut saya, salah satu kelebihan Nh Dini dalam merangkai cerita adalah ketika dia menjelaskannya secara runut. Sebagai pembaca, tentu saya lebih suka dengan jenis tulisan yang seperti ini, hehe.

      Delete
  4. Maryam itu keren banget ceritanya...dalam sekali ceritanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk pembanding di semua karya Okky, sepakat Mbak, Maryam memang lebih dalam ceritanya :)

      Delete
  5. saya penggemary Okky, buku2nya keren, membuka wawasan, terutama hal-hal yang sensitif di negara kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam, Mbak :)

      Iya. Salah satu poin utama di setiap tulisan Okky adalah mengangkat isu yang "hits" sekaligus "sensitif" di negara kita...

      Delete
  6. Zahra Fauziyyah Imani- @aksaraberkisah.
    Penulis wanita yang berkesan: Dewi Dee Lestari.
    Judul buku: Perahu Kertas.

    Kalau di bilang ngefans sih ngaak,wong saya cuma punya satu karya novelnya, Perahu Kertas.Karna disini cuma disuruh menyebutkan penulis berkesan,dan inilah pilihanku,karna apa yg membuat kita terkesan blm tentu kita menyukainya.
    Bagi saya Dewi “Dee” Lestari seperti tidak pernah kehabisan ide. Pernah suatu hari saat semua teman dari klubbuku bekasi mengagung-agungkan karya Dee,dan saya cuma gigit jari. Gak berhenti disitu,saya mencari tau ttgnya dari berbagai artikel online.
    WOW! ialah Dee,seorang penulis,penyanyi,juga pencipta lagu. Awalnya, Dee dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Pada tahun 2001 ia mengeluarkan karya pertamanya, adalah trilogi SUPERNOVA yang kemudian berhasil melejitkan namanya
    menjadi lebih dikenal sebagai penulis ketimbang penyanyi.
    Banyak ilmu kepenulisan yg saya ambil dari Dee,yaa meskipun belum semuanya di terapkan,seperti;
    Menulislah karena suka/hobi,jangan karna paksaan atau terpaksa.Karna nanti hasilnya pun akan jauh berbeda.

    Lalu,kalau ia sudah kau jadikan panutan kenapa masih aja bilang kalau ga ngefans?hee...saya tipe orang yg membaca sebagai hiburan,gasuka baca buku berat2.kebanyakan dari Supernova kan..ngggg...maka dari itu saya lbh memilih Perahu Kertas,teen banget.sesuai kan:))

    part akhir: pengen banget Entroknya dewh~

    ReplyDelete
    Replies
    1. RSD itu trio vokal yang termasuk "hits" pada masanya. Kamu mungkin belum sempat berkenalan waktu trio itu tidak aktif lagi, hihi. Makanya sewaktu Dee menelurkan buku pertama kali dan dengan genre yang tidak biasa - tidak pasaran, apalagi waktu itu kebanyakan penulis perempuan menulis "sastra wangi", jadi ya takjub juga dengan Dee karena di balik sosoknya sebagai penyanyi ternyata dia punya potensi menulis yang bagus.

      Untuk Dee, Perahu Kertas memang lebih "remaja banget". Kalau mau baca yang lebih "ringan", coba baca omnibus Rectoverso, Madre, dan Filosofi Kopi.

      Delete
  7. Nama: putri fathia
    Akun twitter: @tymmoy
    Penulis wanita berkesan: Ratih Kumala
    Judul buku: Gadis Kretek.

    Buku pertama ratih kumala yang putri baca. Dari judulnya aja udah nyentrik gitu, dengan cerita tentang pembuatan kretek masa 1930an, pembaca bakal disuguhin dengan cerita yang apik dengan alur campuran, bagaimana cara membuat kretek yang enak, cover2 kretek jaman dulu, jamannya soekarno dengan ejaan lama, dikemas dengan kisah cinta si gadis kretek itu sendiri.

    Harus dibaca ini buku!
    Anyway, putri blm punya koleksi nh dini maupun okky madasari, pengin punya maryam okky madasari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gadis Kretek ya. Awal baca buku ini dengan modal pinjam dan iya, ceritanya apik. Bagus. Sayangnya, buku ini banyak dianggap pro-rokok sehingga pembahasan bukan fokus ke ceritanya.

      Delete
  8. - Nama: Nurul Fadhilah Yaumil

    - Akun Twitter : @dhilayaumil

    - Nama Penulis : Esti Kinasih

    - Judul Buku : Fairish

    - Kenapa Esti Kinasih dengan Fairish-nya?

    Hmm... saya mulai suka membaca buku sejak TK dan semakin suka saat duduk di bangku SMP. Saya mengenal beberapa penulis perempuan Indonesia. NH. Dini, Mira W., Agnes Jessica, Dian Nuranindya, dll.

    Di antara nama itu muncullah Esti Kinasih. Saya ingat sekali saat itu saya baru naik ke kelas 9. Saya mulai membaca teenlit-teenlit. Fairish salah satunya. Novel yang benar-benar remaja dan saya suka jalan ceritanya. Tokohnya benar-benar khas remaja. Tentang 'orang-orang populer' di sekolah, orang 'kuper', kisah cinta monyet, latar belakang keluarga. Khas remaja pokoknya. Hehehe. Bahkan novel ini dibuatkan serial tv-nya.

    Sejak membaca Fairish, saya makin sering membaca novel karangan Esti Kinasih dan beberapa teenlit lainnya. Saya bahkan mulai bermimpi untuk menjadi penulis novel seperti Mbak Esti.

    Dan mimpi itu saya bawa sampai saya kuliah--dan mungkin sampai sekarang. Sejak membaca Fairish dan buku-buku Esti Kinasih lainnya, saya bertekad untuk menulis novel bergenre remaja.

    Hasilnya? Saat ini ada tiga draft teenlit di file laptop saya, dua di antaranya sudah jadi. Satunya masih dalam bentuk setengah jalan. Mungkin, kelak, file-file itu akan saya 'sentuh' dan obrak-abrik di sana sini lalu memberanikan diri membawa ke penerbit. Toh Mbak Esti menerbitkan novel remajanya saat umurnya tidak remaja lagi. :p

    Saya pun agak 'gerah' dengan beberapa tema atau alur teenlit yang terbit sekarang. Rasanya belum ada yang bisa menandingi 'keremajaan' dalam novel Esti Kinasih dan angkatannya. Hihihi.

    Nah, itu salah satu penulis yang cukup berpengaruh dalam karir membaca dan menulis saya. Saya rasa, Esti Kinasih cukup memorable, bahkan sampai kepala 2 sekarang pun saya masih menantikan novel barunya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fairish! Ini juga novelnya Esti Kinasih yang pertama dibaca dulu, hehehe... Teenlit paling hits pada masanya, sayang waktu diadaptasi ke drama miniseri jadi nganu.

      Teenlit ala Esti Kinasih dan Primadonna Angela yang masih "rajin" diburu dan dibaca sampai sekarang ^^

      Delete
  9. Nama: Ade Delina Putri

    Akun Twitter: @adedelinaputri

    Nama Penulis: Asma Nadia

    Judul Buku: New Catatan Hati Seorang Istri

    Alasan: Saya salah satu penggemar buku-buku bunda Asma. Nyaris sebagian besar buku-buku saya di rumah isinya buku beliau. Bahasanya sekalipun 'nyastra' namun renyah untuk dibaca. Dan buku ini yang paling memorable buat saya. Buku inilah yang pertama berhasil menguras air mata saya, untuk kedua kalinya membaca bahkan saya masih menangis. Ada banyak hal yang ternyata selama ini belum diketahui tentang para istri di luar sana.

    Bunda Asma juga yang mengenalkan saya pada sebuah komunitas menulis yang bisa dibilang cukup besar dan sangat diminati saat ini. Kalau saya tak mengenal bunda dan komunitas itu, mungkin impian saya menjadi seorang penulis takkan pernah ada. Mungkin saya tidak akan menjadi seorang yang cinta menulis.

    Benar apa yang dikatakan perempuan di luar sana, bahwa bunda Asma banyak membuat perubahan terutama yah dalam dunia perempuan. Terbukti dari beberapa bukunya di seri Catatan Hati. Catatan Hati Ibunda, Catatan Hati yang Cemburu, Sakinah Bersamamu, Catatan Hati Seorang Istri dan yang terakhir Jangan Bercerai Bunda. Semuanya mengupas hal terkait perempuan yang selama ini jarang diketahui.

    Semoga akan lahir bunda Asma-bunda Asma yang lain. Yang tak sekedar menulis, namun peduli pada sesama :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asma Nadia dan segala judul buku-buku antologinya. Banyak! Salut juga karena begitu produktif menerbitkan karya pribadi maupun antologi.

      Paling memorable bagi saya, dari semua antologi Asma Nadia dkk yang pernah saya baca, adalah The Real Dezperate Housewives. Dulu buku ini muncul ketika masa-masa awal booming serial drama Hollywood TRDH. Buku yang membuka mata tentang dunia pernikahan yang sebenarnya, apalagi saat buku ini pertama muncul juga zamannya heboh "nikah muda" karena buku salah satu anak penulis senior itu, hehehe. Jadi buku TRDH ini seperti "penyeimbang" dari euforia menikah muda tanpa menyadari "konsekuensi" kehidupan pernikahan itu seperti apa (terutama dari sudut pandang para isteri).


      Sstt...
      Saya baru sadar juga kalau salah satu buku antologi Asma Nadia yang masih bertahan di rak saya sekarang adalah CHSI edisi lawas, hihi.

      Delete
  10. Nama : Dias Shinta Devi
    Akun Twitter : @diasshinta
    Nama Penulis : Laksmi Pamuntjak
    Judul Buku : AMBA

    Sebelumnya saya sudah pernah membaca karya-karya penulis wanita dalam dan luar negeri, seperti Asma Nadia, Esti Kinasih, Okke ‘Sepatu Merah’, Ruwi Meita, atau Agatha Christie. Tetapi ternyata tak sebanyak karya penulis pria yg pernah saya baca (mungkin pengetahuan saya kurang).
    Di suatu bazar di salah satu pusat perbelanjaan di kota saya, ternyata saya tertarik dengan novel setebal 494 halaman karya Laksmi Pamuntjak berjudul AMBA di tangan saya.
    Pertamanya asing dengan design covernya bergambar wajah wanita dengan guratan tegas dan sorot mata kelembutan penuh cinta itu. Lalu beberapa detik kemudian hati saya jatuh cinta dari cover buku itu, padahal saya tidak pernah mendengar nama penulis itu di media digital (kudet banget -_-). Kemudian saya baca sinopsisnya yang ada di bagian belakang buku dan lipatan buku yang bisa dijadikan pembatas halaman, rasanya saya seperti tersedot ke masa peristiwa G30S.
    Ternyata terbukti setelah membaca novel yang di-cap National Best Seller itu mampu membuat saya seperti tersedot kumparan waktu dimana banyak rakyat yang dijadikan tahanan di Pulau Buru. Novel yang menceritakan kisah Mahabrata (Amba dan Bhisma) dengan latar di-era pertengahan tahun ’65 dan tentang kehidupan para tahanan tersebut di Pulau Buru. Kisah yang Laksmi Pamuntjak sajikan berbeda dengan yang disajikan dari penulis-penulis lain. Ia berani menyajikan kisah percintaan 2 insan manusia dengan perpaduan sejarah Politik Klimaks Indonesia dan kisah Pewayangan Mahabrata.
    Sebenarnya menurut saya agak berat bahasa yang disajikan karena diksi yang digunakan benar-benar memukau. Agak berat karena saat membacanya saya sama seperti remaja lain yang senang membaca novel-novel remaja atau teenlit-teenlit yang mengisahkan kisah percintaan yang rumit namun lebih realistis di kehidupan remaja sekarang. Tapi di novel Amba ini Laksmi Pamuntjak membuka wawasan saya kalau sastra itu juga bisa bersejarah, ia menceritakan sisi yang tidak kadang tidak terlihat oleh raksasa yang bernama kerasnya kehidupan, bukan hanya menyajikan kisah yang ketika selesai dibaca dapat membuat pembacanya berkata, “certanya itu gue banget!”.
    Tentu saja saat membaca novel ini saya sudah berusia di atas 18 tahun, karena bagi saya novel ini lebih cocok untuk usia 18+. Dan overall, novel ini sangat berkesan dan memukau 
    Hmm.. kak, aku belum pernah punya ataupun baca novel yang akan kakak tawarkan satupun hehe (lebih kudet lagi -_-).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amba, 5 besar finalis Khatulistiwa Literary Award 2013. Sayangnya, kalah oleh Pulang (karya Leila S. Chudori) yang sama-sama mengangkat tema 1965 (dengan detail yang berbeda) dan sama-sama "kuat" di riset juga. Nah, Entrok (karya Okky Madasari) juga "menyentil" isu 1965.

      Delete
    2. oh Entrok ternyata juga menyentil isu 1965 mba? hehe jadi penasaran sama bukunya :D

      Delete
    3. Yup! Kekhasan dari sebagian novel yang masuk jadi pemenang (atau nominasi) KLA, terutama yang sudah dibaca, yaa di situ... menyentil isu 1965, mhehehe~

      Delete
  11. Nama : Fransisca Susanti
    Akun twitter : @siscacook
    Nama Penulis : Marga T.
    Judul Buku : Kishi
    Alasan : Aku pertama kali membaca novel Kishi saat kelas 1 SMP. Novelnya punya Mamahku, benar-benar masih cetakan pertama (kalau ga salah harga Rp 1.000,00). Mamahku menyarankanku untuk membacanya karena ceritanya sangat inspiratif. Saat itu aku sempat terinspirasi ingin menjadi dokter, tapi tidak kesampaian (tidak bakat menghapal) gara-gara membaca novel cinta yang berlatar belakang dunia kedokteran ini. Marga T. pintar sekali meramu kata. Gaya bahasanya logis, menarik, ga bikin bosan, dan humornya segar. Aku benar-benar bisa merasakan suka dukanya menjadi dokter. Senangnya ketika bisa menyelamatkan pasien. Sedihnya ketika harus mengatakan kabar duka kepada keluarga pasien. Belum lagi resiko tuduhan malpraktek jika berlaku ceroboh. Banyak banget istilah kedokteran bertebaran di novel ini. Lumayan buat nambah pengetahuan =)
    Tokoh utama yang bernama Kishi berkepribadian sangat kuat. Tema novel ini ibarat dilema wanita karir yang juga mempunyai keluarga. Kishi sangat mencintai profesinya sebagai dokter. Bahkan ia menikah dengan dokter Ramon, dokter ganteng yang sangat berbakat hanya agar Ramon bisa diberi kesempatan lagi untuk tetap bisa praktik sebagai dokter. Karena sebelum menikah dengan Kishi, Ramon terkena skandal dengan wanita malam. Fotonya pun dimuat di surat kabar. Ketika itu Kishi masih berstatus pacar Ramon, hatinya langsung hancur ketika mengetahui hal itu dan Kishi memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk dunia kedokteran, bukan untuk cinta. Kishi mau melakukan apapun untuk kemajuan duania kedokteran.
    Konflik terjadi ketika buah hati mereka, Maleo meninggal dunia. Kishi dituduh suaminya kurang memperhatikan Maleo. Kishi menyesal. Ia memang lebih mementingkan pasien-pasiennya di rumah sakit.
    Novel ini sangat menarik karena menghadirkan cinta, thriller, dan misteri. Dijamin ga bakal lupa kisah cinta Kishi dan Ramon. Novel ini merupakan novel kedua dari trilogi (Saskia, Kishi, dan Oteba) =)
    Aku rasa walaupun novel ini terbitan lama, tapi novel ini abadi ^.^ Karakter-karakter tokohnya sangat menarik. Kishi yang tegar, dingin, sinis. Ramon yang flamboyan, playboy, ramah, ceria, semau gue. Saskia yang lembut, penyayang, dan diam-diam mencintai suami kakaknya alias Ramon! Belum lagi dokter Oteba yang aneh. Dijamin ceritanya bikin penasaran =)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah! Marga T, hihi. Penulis yang karyanya cukup fenomenal pada masanya. Saya paling ingat dengan Karmila, yang kemudian dijadikan sinetron laris manis itu. Dulu, waktu masih muda belia, saya sempat mengira Marga T itu penulis laki-laki. Ternyata oh ternyata... Sekarang buku-bukunya Marga T "rajin" berseliweran di bazar buku Gramedia, dengan cover baru tentunya ^^

      Delete
  12. Ikut berpartisipasi, Mbak :)

    Nama : Melani Ika Savitri
    Twitter: @aii_vitri
    Penulis: Riawani Elyta
    Judul Buku: The Coffee Memory (novel romance)
    Alasan : dari keempat novelnya yang saya miliki, novel The Coffee Memory adalah yang paling saya suka. Di novel ini kita akan dibawa menikmati sensasi kota industri Batam (yang barangkali untuk sebagian orang dirasa kurang sesuai untuk setting novel romance). Kita juga akan larut dalam jalinan kisah di kedai kopi dengan para baristanya, coffee grinder, bahkan akan dibawa melancong ke tempat pengolahan biji-biji kopi beraroma khas yang susah didapat. karakter tokoh prianya yang sederhana, cerdas, namun misterius dilatarbelakangi profesinya sebagai barista menjadi daya tarik lain, Kisah cintanya pun nggak berlebihan, nggak banyak mengikuti arus tipikal novel romance umumnya. Saya yang memang penyuka kopi larut dalam kisahnya dan membayangkan jika novel ini difilmkan.Penulis perempuan ini juga kerap memenangkan kompetisi menulis novel dari berbagai penerbit besar. Dan dia juga piawai menulis non fiksi. Jadi, saya rasa penulis ini punya potensi besar menjadi penulis berpengaruh di masa depan lewat karya-karyanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, belum pernah membaca tulisan-tulisan karya Riawani Elyta nih. Untuk tulisan dengan setting Batam, yang dibuat oleh penulis perempuan, palingan baru tulisan karya Syafrina Siregar saja yang pernah saya baca. Hehehe...

      Delete
  13. Ikutan giveawaynya ahhh :)
    Nama : Yurissa
    Twitter : @chayurissa
    Judul buku : Bagaimana aku bertahan
    Penulis : Pipiet Senja
    Alasan : Ada banyak penulis perempuan yang saya suka. I means, karya-karya mereka yang spekta dan bikin saya belajar banyak dari sana. Tapi bulan lalu saya gak sengaja pinjem buku non fiksinya Pipiet Senja yang judulnya bagaimana aku bertahan. Dan waktu baca, saya langsung speechless. Oh, ya kenapa saya pilih baca buku itu karna saya pernah baca di twitter waktu ada penggalangan dana untuk Pipiet Senja yang kena penyakit Thalasemia. While I don't know what thalasemia it is. Yang lebih parah lagi, saya sama sekali gak tau ada penulis namanya Pipiet Senja karna ga pernah baca karyanya (Duh! Jangan ngaku reading-addict deh). Buku ini bercerita tentang perjalanan hidup dia yang ... God, demi apa sangat sangat menderita (di luar karyanya yang berhasil diterbitkan itu). Dari mulai salah pilih suami sampe harus berjuang sendiri cari uang demia menyambung hidup, sampe berjuang sendiri menghadapi penyakit tanpa dukungan suami. Sorry, kenapa saya bilang salah pilih karna dia menerima kekerasan secara fisik maupun mental dari suaminya. Untuk lebih jelasnya coba baca aja :D Dan kenapa saya ngerasa terkesan waktu baca buku ini? Alasannya cukup sederhana. Saya jadi sangat bersyukur sama hidup saya (terlepas dari keluhan-keluhan saya tentang hidup saya, terutama when I compare my life with other). And you have to know that, saya pernah mengalami penyakit serius (dan itu gak mudah saat dihadapi). Tapi Alhamdulillah saya udah sembuh (semoga selalu!) Dan yang terpenting adalah saya punya suami yang selalu ada di sisi saya saat saya menghadapi penyakit. Artinya, saya gak berjuang sendirian. Dan waktu saya baca buku Pipiet Senja itu, saya langsung melihat figur kuat. Kuat dalam arti sebenarnya, sebagai seorang perempuan. Sedangkan saya masih banyak mengeluh sampe sekarang. Saya tahu rasanya sakit, saya tahu rasanya jatuh bangun mendoktrin diri sendiri agar gak takut mati, saya tahu rasanya menyemangati diri sendiri untuk sembuh. Bedanya, saya berjalan berdua dengan suami. Hingga saat saya jatuh ada suami yang menarik saya untuk bangkit. Lah kalo Pipiet Senja? Semua yang pahit itu ia hadapi sendiri. Dan entah bagaimana endingnya, saya tahu dia berhasil. Bukan berhasil untuk menjadi kuat, tapi berhasil bertahan di atas segala keterbatasan. Tak henti saya bersyukur sama Tuhan atas kesempatan hidup yang Dia beri. Bukan berarti sebelum baca buku ini saya gak bersyukur, tapi setelah baca buku ini saya menjadi kagum pada penulis yang belum saya tahu karyanya ini. Saya juga belajar bagaimana bertahan dan menjadi kuat demi anak. Dan untuk suami. Saya jadi tau bahagia itu apa. Sama kayak hastag di twitter #BahagiaItuSederhana :) Papa saya pernah bilang bahwa saat kita menulis cerita, harus ada pesannya agar pembaca bisa belajar banyak dari tulisan kita. Dan Pipiet Senja sudah membuktikan itu. Ia berhasil menyampaikan maksudnya lewat buku yang ia tulis. Terima kasih Pipiet Senja. Teruslah berkarya sebanyak-banyaknya. Biar perempuan Indonesia di luar sana juga bisa belajar dari kekuatanmu, dan keyakinanmu akan Kasih Sayang Tuhan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huwow Pipiet Senja! Dulu sering dicekoki tulisan-tulisan beliau yang banyaaaaaak sekali jumlahnya itu. Sangat produktif, salut! Pernah juga diajak bertemu ketika dulu Pipiet Senja mengadakan talkshow, dan iya, mendengarkan langsung ceritanya dalam berjuang untuk hidup dan mengalahkan sakit benar-benar membuat saya menangis. Lemah euy lemah dengan kisah perjuangan hidup seperti itu :(

      Delete
  14. Nama : Happy Muslimah
    Akun Twitter : @heppiemovic
    Nama Penulis : Dewi 'Dee' Lestari
    Judul Buku : Perahu Kertas
    Alasan:
    Buku Mbak Dee yang pertama kali saya baca yaitu "Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh." Saya menyukai cerita yang ada di dalamnya. Tapi waktu itu saya belum begitu sadar akan kehebatan Mbak Dee ini. Namun, setelah membaca novelnya yang berjudul Perahu Kertas, saya benar-benar menemukan kecintaan terhadap karya-karya beliau. Sebab saya begitu menyukai bagaimana beliau menuturkan kalimat demi kalimat, menyampaikannya dengan bahasa yang begitu menjiwai. Meskipun terkadang beliau membuat pembacanya (atau mungkin hanya saya) yang harus membaca ulang tulisannya agar benar-benar paham apa yang disampaikan, karena makna cerita yang begitu dalam. Seperti halnya cerita-cerita yang ada di Madre dan Filosofi Kopi.
    Nah, mengapa Perahu kertas menjadi buku beliau yang begitu memorable bagi saya? Karena saya begitu mencintai tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Saya menyukai tokoh Kugy, Keenan, dan Remi. 'Radar Neptunus', 'Agen Neptunus', dan isi cerita yang ga pernah saya lupa. Fantastis!
    Mbak Dee ini juga salah satu panutan saya dalam belajar menulis. (:

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya pribadi lebih suka omnibook Dee, seperti Madre, Filosofi Kopi, dan Rectoverso dibandingkan novel-novelnya. Hehe... Tapi, memang Dee lebih cemerlang sebagai penulis dibandingkan ketika masih tergabung di trio Rida-Sita-Dewi, salah satu vokal grup perempuan yang saya sukai di masa kecil dulu. Waktu Dee pertama kali mengeluarkan bukunya, saya sudah SMA, dan kagum juga karena dia bisa menulis dengan genre yang lebih berbeda dibandingkan penulis perempuan lainnya di masa itu, terutama dibandingkan dengan penulis senior lainnya yang sudah lebih dulu terkenal :)

      Delete
  15. Nama: Dhini ASR
    Akun Twitter: @dhiniASR
    Nama Penulis: Ayu Utami
    Judul Buku: Pengakuan Parasit Lajang dan Pengakuan Eks Parasit Lajang

    Alasan:
    Membaca Pengakuan Parasit Lajang terasa sekali bahwa Ayu Utami begitu menggebu-gebu dan emosional. Sementara membaca Pengakuan Eks Parasit Lajang membuat saya berpikir bahwa di sini Ayu Utami terasa lebih matang dalam beropini terhadap sebuah isu.

    Menurut saya, waktu 10 tahun semenjak Ayu Utami pertama kali menerbitkan Pengakuan Parasit Lajang (ketika dia masih muda dan begitu bersemangat mengatakan tidak ingin menikah, dengan alasan-alasan yang cukup rasional) dibandingkan dengan ketika dia menuliskan alasan kenapa akhirnya memilih menikah di Pengakuan Eks Parasit Lajang, menghasilkan pemikiran-pemikiran yang lebih dewasa. Saya jadi ikut membayangkan, saya yang sekarang (dengan pemikiran saya saat ini) dengan saya dalam 10 tahun ke depan (dengan pemikiran saya saat ini ditambah pengalaman hidup lainnya, yang menghasilkan pemikiran saya terkait isu serupa 10 tahun yang akan datang) bentuknya akan seperti apa?

    Bentuk kritis dari pemikiran yang saya hasilkan ketika membaca buku Ayu Utami tersebut yang membuat saya menghargai Ayu Utami sebagai penulis perempuan Indonesia.

    Saya memang belum membaca tulisan-tulisan Ayu Utami lainnya, sama dengan saya yang belum membaca tulisan-tulisan dari Okky Madasari maupun Nh Dini. Tetapi, tulisan Ayu Utami di dalam kedua bukunya tadi yang membuka mata saya bahwa penulis perempuan Indonesia cukup layak untuk diperbincangkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga lebih suka buku-buku non fiksi Ayu Utami dibandingkan dengan buku-buku fiksinya yang ampun-ampunan banyaknya itu. Belum semua saya baca untuk yang fiksi, hehe

      Delete
  16. Nama: andi febrianti pratiwi
    akun twitter : @fbriantipratiwi
    Nama Penulis : Icha Rahmanti
    Judul Buku : Cintapuccino

    Pertama kali baca novel ini tahun 2007 kalau nggak salah, dan aku punya novel dengan cover aslinya. Entah mengapa, kalau sebuah novel akhirnya difilmkan, aku selalu bangga kalau punya novel dengan sampul asli, bukan adaptasi film. Oke, lupakan.
    aku suka novel ini karena, bercerita tentang obsesi. Waktu itu, mungkin aku masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang dirasakan Rahmi pada Nino. Tapi seiring waktu, tiga tahun kemudian, aku akhirnya membaca ulang Cintapuccino saat menemukan Nino-ku di sekolahku sendiri. Percaya atau tidak, bisa dibilang kegilaanku waktu itu bisa ditandingkan dengan obsesi Rahmi ke Nino. Kalau Mbak Icha mau, aku bisa bikin Cintapuccino 2 dengan pengalamanku itu--ya, dalam versi sad ending tentunya. Ya, aku nggak seberuntung Rahmi. Tapi membaca Cintapuccino, aku nggak pernah bosan. akan ada masa di mana aku rindu bagaimana gregetannya kita sama gebetan, dan aku lagi-lagi menemukan diri sedang mencari Cintapuccino di rak bukuku. Intinya, nggak salah kalau novel ini dijadikan film. Walaupun ya, novelnya tetap yang terbaik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waktu booming chicklit di awal-pertengahan tahun 2000an dulu, saya sangat suka membaca beragam judul dari beragam penulis, terutama yang diterjemahkan oleh Gramedia. Saya suka dengan tagline "Being single and happy" yang dibawa oleh chicklit. Kemudian, di pertengahan tahun 2000an Gramedia menerbitkan chicklit ala Indonesia yang dikenal dengan sebutan metropop. Nah, Cintapuccino ini adalah Metropop pertama yang saya baca. Jadi penyegar untuk tulisan-tulisan lokal "khas perempuan" pada masa itu. Saya sih tidak heran ketika akhirnya Cintapuccino dianggap sebagai pioneer chicklit/metropop Indonesia. Walaupun secara cerita, bagi saya yaa sama-sama saja dengan chicklit luar negeri yang sudah lebih dulu muncul di Indonesia hehehe

      Delete
  17. Saya generasi paling tua deh kayaknya dan terus terang suka dan ngikutin NH Dini.sebuah lorong dikontak,namaku hiroko,pada sebuah kapal,beberapa judul yg mengisi rak buku semasa smp.sampai buku terakhir yg saya beli,pencakar langit.banyak novelis wanita yg saya suka.ike supomo yg lembut dan mendalam,la rose yg membacanya harus sembunyi2 karna punya mampir saya yg katanya utk dewasa,marga t yg menulis seputar roman kedokteran,dan lupa siapa namanya yg nulis novel ttg istri dan ibu yg berjuang dari kanker,jangan ambil nyawaku.sedih banget.*aah jadi pengen ke tokobuku nih.btw ini ikutan giveaway saya yang paliiing pertama.gak menang tetap its ok yg penting sdh selangkah lebih maju.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaaa terima kasih sudah ikut meramaikan giveaway saya :)

      Delete